Arif Rofiq Merilis Buku Kedua

waktu baca 3 menit
Arif Rofiq (*)

JAKARTA-KEMPALAN: Rabu malam, 30 Agustus lalu, sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk ke kolom WA saya: Assalamu’alaikum Wr Wb, Pak Amang kalau ada waktu longgar besok jam tiga sore ayo ngopi di lobby (gedung) Cak Durasim.

Di atas pesan itu terpampang semacam poster yang pada “headline”-nya tertulis: 52 Gerakan Budaya Tari & Karawitan Jawa Timuran. (Mungkin maksudnya: 52 tahun).

Di bawah “headline”, tercetak huruf-huruf kecil: Festival Ramayana Internasional 1971 di Amphitheater Candra Wilwatikta Sebagai Tonggak Sejarah Perkembangan Seni Tari dan Karawitan Jawa Timuran.

Ternyata ini adalah semacam “prolog pendek” dari judul acara: Bedah Buku Arif Rofiq “Melacak Jejak Wisata Budaya Jawa Timur”.

Lantas saya besarkan foto profil pengirim pesan tersebut: Eladalah, ternyata wajah Mas Arif Rofiq.

Pucuk Dicinta Ulam Tiba.

Sudah lama saya mencari-cari nomor beliau. Dulu punya, tapi entah bagaimana bisa hilang. Mungkin masih ada di HP yang lama, tapi terus tidak tersertakan di HP yang baru. Mungkin ya, wong saya gaptek.

Lantas saya berusaha tanya ke dua orang teman, tapi beliau-beliau tidak punya nomor Mas Arif Rofiq.

Setelah mengetahui kalau yang mengirim Mas Rofiq, segera saya simpan nomor tersebut, yang lantas saya susul dengan jawaban: InsyaAllah hadir, Mas.

Pesan dari salah satu koreografer kondang Jawa Timur ini, paginya mau saya teruskan ke sobat saya Toto Sonata untuk saya ajak barengan. Tapi naas, ternyata ada “gangguan nasional”, jaringan XL se-Indonesia ngadat, kata customer service yang saya datangi di kantor pusat XL di Jalan Pemuda, sebelum ke PWI Jawa Timur dan ke tujuan utama: lobby Gedung Cak Durasim. Jadi, saya tidak bisa mengirim pesan ke Pak TS.

Yang bikin saya surprise, ini gedung di kompleks Taman Budaya Jawa Timur sudah beda betul dari sebelumnya. Lobby-nya terkesan bersih dan artistik. Ada semacam bar di sudut barat lobby.

Diskusi buku secara tunggal dibahas oleh Prof Dr Suryanto M. Si dari Unair dan dimoderatori oleh seniman Heri Lentho, berjalan gayeng.

Di antara audience, selain Kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis) Taman Budaya Jawa Timur, Bambang Dwi S, terlihat juga Henri Nurcahyo, Mas Pepeng (Dr. Peni Puspito), Mas Warmin, Meimura, Diaztiarni, Agus Koecink serta para seniman dan budayawan lainnya.

Saya tidak mencoba untuk membahas isi buku berhalaman viii + 214 ini. Salah satunya karena sudah dibahas cukup komprehensif oleh Henri Nurcahyo di blok-nya yang lantas di-share ke WAG Satu Pena Jawa Timur.

Yang jelas saya angkat topi buat Mas Arif Rofiq sehubungan terbitnya buku ke-2 ini.

Kok saya angkat topi? Iya dong, lantaran buku adalah (salah satu) jejak intelektual.

Lantas, kenapa belakangan saya getol mencari-cari nomor HP Arif Rofiq, next akan saya ceritakan.

(Amang Mawardi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *