Bumi Makin Panas

waktu baca 4 menit
Jakarta, salah satu kota dengan polusi terburuk di dunia. (ist)

KEMPALAN: Anda yang cukup senior tahu film Bumi Makin Panas yang dirilis pada 1973, dibintangi oleh Suzanna dan Dicky Suprapto. Pada masa itu Suzanna dikenal sebagai salah satu bintang film paling hot di Indonesia. Film itu bercerita mengenai seorang pelacur yang terlibat cinta segitiga memperebutkan seorang pria. Pada akhir cerita, sang pria tewas di tangan salah satu perempuan yang mencintainya.

Hari-hari ini bumi kita secara harfiah makin panas. Faktor utama bumi semakin panas karena efek gas-gas rumah kaca yang konsentrasinya semakin lama kian meningkat. Gas rumah kaca dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil yang sehari-hari kita pakai untuk bahan bakar keperluan sehari-hari.

Cuaca Jakarta dalam beberapa minggu terakhir terasa lebih gerah. Hal itu diperburuk dengan polusi yang makin tinggi. Dalam dua pekan terakhir, Jakarta telah beberapa kali menduduki peringkat pertama sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia.

Kualitas udara Jakarta selama Mei, Juni, Juli, Agustus setiap tahunnya lebih buruk dibanding bulan-bulan lainnya. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh siklus musim. April sampai September adalah musim kemarau dengan tiupan angin timur yang kering serta membawa debu dan partikel lebih banyak.
Pada Juni lalu Jakarta masuk daftar 10 besar kota dengan polusi udara terburuk, dan Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara dengan tingkat polusi udara paling buruk. Salah satu kontributor paling besar terhadap pencemaran udara di Indonesia adalah kawasan industri yang ada di daerah-daerah sekitar ibu kota.

Polusi udara yang timbul dari PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) yang terletak di daerah- Jawa Barat dan Banten yang terbawa angina dan melintasi perbatasan daerah. Di Jawa Barat banyak kawasan pabrik, seperti Karawang. Di Suralaya, Banten ada PLTU yang menggunakan batu bara dan efek pembakarannya sampai ke Jakarta.

Jokowi kemudian menunjuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan memimpin operasi nasional penanganan polusi ini. Jokowi rupanya percaya bahwa tangan dingin Luhut kali ini bisa mendinginkan cuaca yang makin panas.

Luhut memerintahkan agar mengurangi deforestasi serta melakukan penanganan lahan kritis dan sampah. Langkah ini bisa menjadi strategi mengatasi efek perubahan iklim dan polusi udara yang kian parah. Perubahan cuaca dianggap sebagai musuh bersama, dan Luhut mendeklarasikan ‘’war against pollution’’, peperangan melawan polusi.

Pemanasan global menjadi isu dunia paling panas. Sepanjang periode 1981–2014 ada kenaikan suhu permukaan bumi berkisar 0,1 derajat Celcius sampai 0,7 derajat selsius dibandingkan dengan suhu rata-rata tahunan periode 1951-1980. Sejak 2015 hingga sekarang kenaikan suhu meningkat menjadi 0,8 derajat Celcius.

Faktor utama adalah efek gas rumah kaca yang konsentrasinya semakin lama makin meningkat, terutama gas karbohidrat atau CO2 dan metana. Perubahan iklim di bumi mengakibatkan suhu yang makin panas, badai yang lebih kuat, banjir yang semakin intensif, dan musim kebakaran yang lebih lama dan lebih parah.

Peningkatan suhu global sebesar 3 derajat Celcius atau lebih dapat menyebabkan runtuhnya infrastruktur sosial kita dan kerusuhan dan konflik besar-besaran, yang, pada gilirannya, dapat mengarah pada masa depan yang katastropik.

Ancaman paling besar adalah kerawanan pangan. Pemanasan di bumi memiliki berbagai dampak negatif pada produksi pangan, termasuk meningkatkan defisit air dan dengan demikian mengurangi panen pangan. Kerugian produksi pangan dapat meningkatkan kematian manusia dan mendorong kerugian ekonomi dan ketidakstabilan sosial-politik. Faktor ini menjadi pemicu kepunahan umat manusia.

Jared Diamond dalam buku Collapse (2017) menyebutkan bahwa runtuhnya peradaban besar dunia terjadi karena kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Di masa lalu peradaban besar itu kemudian runtuh karena serangan kekuatan lawan. Sekarang, tidak ada kekuatan lawan yang akan menyerang bumi. Kendati demikian, bumi bisa collapse karena kerusakan lingkungan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengajukan ide yang unik, yaitu meniru langkah China dalam mengatasi dampak lingkungan. China sukses melakukan pembersihan polusi dalam waktu 6 atau 7 tahun. Langkah yang dilakukan adalah pengendalian emisi industri, pengendalian emisi kendaraan bermotor, pengendalian debu, pemantauan kualitas udara.

China bisa menerapkan kebijakan tangan besi karena sistem komunis yang dipakai. Indonesia tidak akan bisa meniru langkah China, karena pemerintah tidak mungkin memakai model otoritarian komunis seperti China.

Kebijakan lingkungan Indonesia masih belum konsisten. Di satu sisi Menteri Luhut melarang deforestasi, tapi di sisi lain pembabatan hutan besar-besaran dilakukan oleh pemerintah, seperti dalam kasus lahan food estate. Di satu sisi Luhut akan mengontrol emisi karbon, di sisi lain penambangan batu bara tetap jalan terus.
Dengan kebijakan lingkungan yang tidak konsisten seperti itu mustahil polusi bisa diatasi dalam waktu singkat. Bisa-bisa yang terjadi malah kebalikannya: bumi makin panas. ()

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *