Peduli Anak Berkebutuhan Khusus, Ubaya Terjunkan Tim Pengabdian Masyarakat di Mojokerto
SURABAYA-KEMPALAN: Universitas Surabaya (Ubaya) menerjunkan tim pengabdian kepada masyarakat untuk membantu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kabupaten Mojokerto. Kegiatan pengabdian ini merupakan wujud perhatian dan kepedulian Ubaya kepada ABK. Tim pengabdian Ubaya ini terdiri dari Heru Arwoko, M.T, dari Jurusan Teknik Informatika selaku ketua tim, dengan anggota Endah Asmawati, M.Si., dari Jurusan Teknik Informatika, dan Dr.Aniva Kartika, Psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat Ubaya ini merupakan rangkaian dari Program Kemitraan Masyarakat (PKM) SLB Kirana Hati Bunda Desa Tamiajeng Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto, yang mendapat support pendanaan dari Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)
Seperti diketahui bahwa Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah yang diperuntukkan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), yang memberikan layanan dasar agar mereka bisa mendapatkan akses pendidikan yang memadai. SLB Kirana Hati Bunda di Desa Tamiajeng adalah satu-satunya sekolah untuk ABK di wilayah Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.
Menurut Warnoto, Kepala Desa Tamiajeng, SLB Kirana Hati Bunda didirikan berangkat dari keprihatinan pemerintah desa melihat kondisi orang tua dan siswa ABK yang sekolahnya di kecamatan, bahkan kabupaten lain yang jaraknya cukup jauh. Padahal kondisi keuangan atau ekonomi keluarganya sangat terbatas. Akibatnya banyak ABK di wilayah Kecamatan Trawas yang tidak disekolahkan.
Kahadiran SLB Kirana Hati Bunda di Desa Tamiajeng menjadi harapan bagi masyarakat yang memiliki anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Trawas. Saat ini ada siswa 19 ABK yang sekolah di SLB Kirana Hati Bunda. Terdiri dari 8 siswa TK, 10 siswa SD, dan 1 siswa SMA.
Berdasarkan jenis kebutuhan khusus, ada 2 siswa tunarungu, 1 siswa tuna netra, 8 siswa tunagrahita, 2 siswa tunadaksa, 1 siswa kesulitan belajar, dan 5 siswa autis. Semua siswa berasal dari wilayah Kecamatan Trawas, diantaranya dari Desa Tamiajeng, Selotapak, Seloliman, Ketapanrame, Kedungudi dan lain-lain.
Menurut Miftahul Mufarrihah, Kepala Sekolah SLB Kirana Hati Bunda, saat ini sebagian siswa mengalami keterbatasan dalam kemampuan membaca. Siswa kelas rendah, belum mampu mengenal huruf abjad, membedakan huruf dengan bentuk yang hampir sama, membedakan huruf kapital dan huruf abjad. Sedangkan dalam kemampuan berhitung, sebagian belum mampu mengenal angka satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan membilang angka dengan benar. Sedangkan pada siswa kelas tinggi, belum mampu melakukan operasi hitung bilangan bulat.
Dalam hal kemampuan menulis, ada yang memiliki motoric yang kurang baik (tangan sering tremor) saat memegang alat tulis, sehingga tulisan menjadi kurang rapi. Ada juga siswa yang belum mampu merangkai/menulis kalimat sesuai dengan ucapan pembimbing (dikte) dan mengerti penggunaan huruf capital. Sedangkan dalam hal kemampuan mematuhi instruksi, konsentrasi siswa mudah teralihkan dan belum mampu memahami makna instruksi yang diberikan guru.
Sri Sumarlik, Ketua Yayasan SLB Kirana Bunda menambahkan bahwa jumlah sumberdaya manusia (SDM) di SLB saat ini 5 orang yang terdiri dari 1 kepala sekolah dan 4 orang pengajar/guru. Tim pengajar SLB masih memerlukan bantuan untuk pengembangan kemampuan diri untuk mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan siswa, membimbing dan mengembangkan potensi siswa, menyusun program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain perlu dibekali pengetahuan dan kemampuan dalam berinovasi dan berkreatifitas dalam mengembangkan media belajar baru dan keterampilan dalam seni music dan seni tari.
“Setiap pertemuan tatap muka sudah dilengkapi dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), namun pengajar masih kesulitan untuk mengimplementasikan dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, pengajar memerlukan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran”, ujar Sri Sumarlik.
Sementara, untuk sarana dan prasarana pembelajaran juga masih terbatas. Jumlah yang tersedia saat ini, bisa dikatakan masih jauh dari kata cukup untuk sebuah SLB, padahal APE merupakan sarana penunjang utama sangat dibutuhkan selama proses belajar siswa SLB. APE sangat diperlukan untuk menstimulus perkembangan siswa dalam aspek akademik, sosial emosional, motorik, dan bina diri. Pihak sekolah sudah sering membuat proposal untuk mendapatkan hibah ke dinas social, dinas pendidikan atau dinas terkait lainnya. Namun sampai saat ini belum ada, sehingga semua kegiatan dibiayai secara mandiri oleh desa, pungkas Sri Sumarlik.
Menghadapi permasalahan dan keterbatasan kondisi di SLB Kirana Hati Bunda tersebut, Ubaya tergerak untuk mendukung dengan menurunkan Tim Pengabdian kepada Masyarakat guna membantu SLB Kirana Hati Bunda. Tim Ubaya memberikan pengetahuan dan pendampingan kepada pengajar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran siswa ABK. Selain itu tim Ubaya juga memberikan pelatihan, pendampingan dan transfer teknologi dalam membuat dan menggunakan APE, baik dalam bentuk software komputer maupun alat peraga fisik, pungkas Heru Arwoko, selaku ketua tim PKM Ubaya.
Dalam kesempatan yang sama, Warnoto, Kepala Desa Tamiajeng menyampaikan terima kasih kepada Ubaya dan Kemendikbudristek, karena program pengabdian yang dilakukan sangat bermanfaat. Baik dalam bentuk pelatihan, pendampingan dan transfer teknologi pembelajaran pembuatan dan penggunaan APE dalam bentuk software computer maupun alat peraga fisik. Kami berharap program ini berkelanjutan dan dapat meningkatkan motivasi dan inovasi pembelajaran baik bagi siswa maunpun guru di SLB Kirana Hati Bunda, pungkas Warnoto.