Presiden Gentong Babi

waktu baca 4 menit
Jokowi dengan baju adat ageman songkok singkepan ageng saat peingatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke 78, Kamis (17/8/2023).

KEMPALAN: Hore…gaji pegawai negeri naik lagi. Kabar gembira ini diumumkan oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraan menjelang peringatan 17 Agustus 2023. Kabar baik ini menjadi milik pegawai negeri dan aparat negara, baik pegawai negeri sipil (PNS) maupun aparatur sipil negara (ASN) serta prajurit TNI dan polisi. Gaji mereka direncanakan naik pada 2024. Pegawai negeri dan aparat direncanakan mendapat kenaikan gaji sebesar 8 persen, sementara pensiunan dan purnawirawan dijanjikan kenaikan 12 persen.

Tentu tidak semua orang senang dengan pengumuman ini. Ada pihak-pihak yang mengkritisi kenaikan ini, karena mengaitkannya dengan tahun politik menjelang pemilihan presiden 2024. Masyarakat mafhum, di setiap kontestasi politik selalu muncul kebijakan populis untuk mengiming-imingi calon pemilih demi keuntungan elektoral calon tertentu.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudistira menilai usulan kenaikan gaji PNS lebih kental motif politiknya karena ini belanja yang cenderung populis, bukan belanja yang benar-benar dibutuhkan. Ia menyoroti bahwa belanja pegawai pemerintah sepanjang 2019-2023 sudah mengalami kenaikan 17,5% dari sebelumnya di 2019 sebesar Rp 376 triliun menjadi Rp 442 triliun di 2023. Kalau kenaikan gaji PNS ditujukkan untuk melindungi dari inflasi rasanya sudah diakomodasi dalam berbagai tunjangan termasuk gaji ke-13

Bhima menambahkan bahwa masalah utama pada anggaran saat ini justru terletak pada beban belanja pegawai yang terlalu gemuk sehingga membuat ruang fiskal menyempit. Padahal masih banyak kebutuhan anggaran yang lebih penting misalnya meningkatkan bansos bagi lapisan rentan dan miskin, kemudian mempersiapkan bantuan subsidi pupuk yang memadai karena adanya dampak El Nino.

Dalam perspektif Ilmu Politik, terdapat suatu tindakan politik yang disebut patronase. Ini merupakan tindakan pembagian keuntungan dalam bentuk uang atau barang oleh politisi kepada konstituen agar mendapatkan dukungan politik. Praktik seperti ini sering terjadi saat kotestasi pemilu berlangsung di Indonesia.

Itu merupakan pembagian keuntungan oleh politisi yang mendistribusikan sesuatu secara individual kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan dukungan politik. Pertukaran terjadi di dalam aktivitas tersebut. Dengan menggunakan sumber daya publik yang ada, aktor akan terlibat pada hubungan pertukaran berupa barang dan atau jasa yang diberikan dengan dukungan yang diberikan masyarakat kepada aktor tersebut sebagai imbalannya.

Hal ini disebut sebagai ‘’Politik Gentong Babi’’ atau pork barrel politics. Sebuah kegiatan yang ditujukan kepada publik dan didanai dengan dana publik dengan harapan bahwa publik akan memberikan dukungan politik kepada kandidat tertentu.
Istilah itu muncul kali pertama di Amerika Serikat pada masa perbudakan dan perang saudara pada 1861–1865. Pada masa itu, para tuan tanah kerap memberikan daging babi yang diawetkan dengan garam kepada para budak untuk diperebutkan para budak supaya bekerja lebih keras.

Ketika itu para tuan tanah mengalami kesulitan untuk meminta budak bekerja keras dan sungguh-sungguh. Para budak yang hidup dalam kondisi tidak manusiawi bekerja setengah hati dan selalu berusaha menunda pekerjaan. Berbagai tindakan represif dilakukan, tetapi hasilnya tidak efektif. Tindakan kekerasan malah berpotensi memicu kemarahan dan pemberontakan para budak.

Para tuan tanah kemudian mengubah strategi. Mereka menempatkan sebuah gentong berisi babi asin di tengah perkebunan tempat para budak bekerja. Para majikan kemudian mengumumkan siapa bekerja paling banyak, paling cepat, paling kuat dia boleh mengambil daging tersebut.
Dari situ kemudian muncul istilah politik gentong babi. Perilaku politisi yang memanfaatkan anggaran negara untuk kepentingan politik bisa disamakan dengan perilaku para tuan tanah menaruh gentong babi. Perilaku demikian mudah dilakukan oleh politisi yang sedang berkuasa, karena mereka mempunyai akses yang nyaris tidak terbatas terhadap anggaran negara.

Politik Gentong Babi ini menggunakan anggaran negara dan membungkusnya dengan kebijakan yang rapi, tujuannya untuk mendapatkan keuntungan politik dari pemilih. Dalam banyak kasus, hal ini sama saja dengan jual beli suara atau vote buying secara tidak langsung.
Bentuk paling umum adalah munculnya beragam bansos yang diberikan kepada masyarakat, baik secara tunai maupun berbentuk barang atau pelayanan aktivitas. Proyek ini dibiayai sepenuhnya oleh uang negara, tetapi didaku sebagai program perorangan politisi.

Dalam politik gentong babi semua anggaran publik bisa ditumpangi oleh kepentingan. Yang paling sederhana dan sering kita lihat di perempatan jalan adalah baliho program pemerintah yang disertai gambar kepala daerah. Hal ini sudah menjadi praktik yang lazim dan tidak pernah dipermasalahkan sama sekali. Padahal sudah jelas bahwa sang kepala daerah sedang jual tampang dengan mamakai uang pajak dari rakyat.

Di negara demokrasi yang sudah matang hal itu tidak pernah terjadi. Program pemerintah yang memakai anggaran rakyat tidak boleh diklaim sebagai program kepala daerah dan pemerintahan, sehingga tidak ada foto yang tertampang pada baliho. Tidak pernah ada foto presiden Amerika di baliho, atau foto gubernur negara bagian menampang di jalan tol di Amerika.

Beberapa waktu terakhir semakin banyak kebijakan yang berbau gentong babi. Presiden Jokowi semakin aktif mengendorse calon presiden tertentu. Dalam banyak kesempatan, Jokowi memakai acara-acara kenegaraan untuk mempromosikan calon presiden tertentu.
Menteri-menteri atau kepala daerah yang memegang anggaran kerap memakai anggaran negara untuk kepentingan politik pribadi. Calon presiden yang mendapat endorsement dari Jokowo terlihat sumringah setiap saat. Ia menikmati dukungan melimpah melalui politik gentong babi yang menggelontor setiap saat.

Kalau capres ini bisa terpilih menjadi presiden mungkin dia pantas disebut sebagai ‘’Presiden Gentong Babi’’. ()

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *