Surat dari Honolulu: Mahalo, Profesor Leonard!
HONOLULU-KEMPALAN: Salah satu kawah candradimuka kajian Indonesia, utamanya Indonesia Timur, adalah Universitas Hawai’i (UHM) di Manoa, AS. Berlokasi di Lembah Manoa, kampus ini dikelilingi bukit. Sejak berdiri tahun 1907, UH tak pernah sepi dari kajian-kajian ilmiah yang menarik minat para calon ilmuwan seantero jagat.
Pada tahun 1935, dibentuk The Oriental Institute (Lembaga Ketimuran), terhubung pada kampus Universitas Hawai’i, yang kelak berubah nama menjadi East-West Center. Pusat Timur-Barat inilah yang kemudian melahirkan kajian-kajian garda depan Asia-Pasifik. Hasil kajian kelak juga menjadi rujukan pembuatan kebijakan.
Rasanya tak elok bermain ke Honolulu tanpa bertemu plus bertamu ke Indonesianis. Hal itu mungkin jadi penghormatan sederhana bagi mereka, tapi kali ini, saya tidak hanya bertamu, tapi belajar. Sungguh kehormatan besar.
Walau sudah terhitung hari keempat sampai di Honolulu, tapi negara bagian Amerika Serikat ini tidak membosankan sama sekali, karena iklim yang tak berbeda jauh dengan Indonesia. Cuaca mirip. Penduduknya juga begitu ramah, hampir semuanya bisa diajak bicara, salah satunya adalah Leonard Yuzon Andaya. Sejarawan cum Indonesianis yang karyanya menjadi rujukan di Indonesia.
Gurubesar ilmu sejarah itu terlihat sumringah saat saya menghampirinya, Senin (7/8/2023). Wajah ramah Leonard membuat suasana pertemuan kian hangat di Sakamaki Hall, gedung perkuliahan untuk mahasiswa sejarah di University of Hawai’i at Manoa (UHM). Bangunan ini mungkin tidak megah seperti di Indonesia, tapi nuansanya lebih minimalis sekaligus kokoh.
Perbincangan berlangsung sekitar satu jam. Penulis sejarah Arung Palakka ini banyak memberi saran terkait kehidupan kampus. Mulai dari membuat akun bank sampai dengan perkuliahan yang menarik di UHM. Leonard sendiri profesor Asia Tenggara satu-satunya di kampus Rainbow Warrior itu. Ia banyak meriset kehidupan maritim di Asia Tenggara, wabil khusus kehidupan ‘Orang Laut’ di Indonesia.
Selain mengajar, ia penulis produktif. Beberapa bukunya yang sudah diterjemahkan ke dalam Indonesia adalah Warisan Arung Palakka, Selat Malaka, dan Dunia Maluku. Semuanya berkisar mengenai dunia laut di Indonesia, kerapkali disebut sejarah maritim.
Leonard meraih gelar doktor dari Universitas Cornell. Kampus yang dikenal akan para Indonesianis-nya pada dekade 1950-1970an. Ia dibimbing oleh Oliver William Wolters, sejarawan Asia Tenggara lulusan SOAS University of London. Disertasinya kelak diterbitkan dengan judul The Kingdom of Johor.
Walaupun menyandang gelar guru besar, Leonard adalah orang yang asyik diajak diskusi. Sarannya sangat aplikatif sekaligus rinci. Bagi siapapun yang ingin mengkaji Indonesia, dibimbing olehnya adalah sebuah kewajiban, walaupun sekarang, Beliau akan pensiun. (Reza Hikam)
