Dorong Peningkatan Budidaya Lele, Khofifah: Peluang Pasarnya Besar dan Cegah Stunting

waktu baca 6 menit
Gubernur Khofifah Indar Parawansa menabur benih ikan lele di dalam kolam.

KEDIRI-KEMPALAN: Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat Jawa Timur untuk memanfaatkan peluang budidaya ikan lele. Pasalnya, market atau pasar ikan lele sangat besar di Indonesia. Selain itu, kandungan protein ikan lele sangat bermanfaat untuk mencegah stunting pada anak. 

Ajakan pengembangan budidaya ikan lele itu  disampaikan Khofifah usai panen 1,6 ton lele mutiara dengan sistem sirkulasi air di Peternakan Republik Lele, Desa Tulungrejo Pare, Kab. Kediri, Kamis (6/7).

Bersama Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, Wakil Bupati Kediri Dewi Mariya Ulfa, dan Forkopimda Kabupaten Kediri, pada kesempatan ini Khofifah juga menebar benih lele mutiara sejumlah 10.000 ekor.

Menurut Khofifah, budidaya ikan lele memiliki potensi luar biasa untuk berkembang. Sebab sampai saat ini, market atau pasar dari ikan lele sangat luar biasa besarnya.

“Market untuk lele ini luar biasa. Bahkan produk hasil Republik Lele yang biasa menyuplai Kota Surabaya itu saja sebenarnya mereka belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang ada. Untuk itu, saya sampaikan betapa marketnya ini luar biasa,” tegasnya.

Sebagai informasi, saat ini Republik Lele produksinya mencapai 11 ton per hari. Yang mana 8 ton di antaranya untuk pasar Surabaya, sedangkan sisanya dikirim hingga ke Jawa Tengah. Sementara kebutuhan di kota Surabaya saja sehari rerata 15 ton.

Keberhasilan Republik Lele mengembangkan budidaya lele juga didukung dengan ekosistem hulu hingga hilir di Kediri. Mulai dari benih lele dengan varietas unggulan Mutiara mereka dapatkan dari Kediri, begitu pula dengan pakan lele.

Dalam satu kolam ikan, disebar benih lele berukuran 5-6 cm sebanyak 5000 ekor. Selang 3 bulan, kolam tersebut mampu menghasilkan 350-400 kwintal lele dengan ukuran panen 8-14 ekor per kg.

“Dengan potensi pasar yang begitu besar, jika budidaya ikan lele ini terus kita kuatkan maka sangat mungkin produksi lele Jatim bisa melampaui produksi bandeng di Jawa Timur,” ungkap Khofifah.

Sebab, sebagaimana diketahui, sejauh ini perikanan budidaya serta  perikanan tangkap Jawa Timur potensinya luar biasa. Khofifah optimis bisa memberikan penguatan bagi kesejahteraan masyarakat. 

Dimana saat ini nomor satu terbanyak untuk perikanan budidaya di Jatim adalah ikan bandeng. Kemudian di urutan kedua adalah lele dan yang ketiga adalah udang vaname.  Sedangkan, nilai tukar nelayan ini terus mengalami peningkatan. 

“Artinya budidaya lele juga menjadi bagian yang insya Allah akan terus bisa memberikan penguatan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Lebih lanjut, Khofifah mengatakan bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan Prov Jatim siap bersinergi dengan pemerintah Kab. Kediri untuk menyiapkan pembibitan indukan lele jenis mutiara. Terutama karena saat ini varietas terbaik untuk pembibitan indukan lele adalah jenis mutiara. 

“Mungkin karena jenis mutiara ini lebih gurih, kemudian tahan hama dan cepat pembesarannya. Oleh sebab itu, kita bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Jatim akan mengembangkan indukan untuk lele jenis mutiara karena memang indukannya sedang dibutuhkan,” jelasnya.

Ajakan Khofifah dalam meningkatkan pengembangan budidaya ikan lele ini juga dalam rangka pencegahan stunting. Sebab lele diketahui memiliki kandungan protein tinggi yang sangat baik untuk asupan gizi pencegah stunting.

“Ikan lele sangat bagus untuk mencegah stunting. Lele juga mengandung protein, kalsium, lemak, selenium, fosfor, natrium, kalium, Vitamin A, vitamin B1 dan vitamin B12. Selain itu juga mengandung asam lemak omega 3 tinggi yang bagus untuk perkembangan mata, otak dan jaringan syaraf,” tegasnya. 

Dalam 100 gram ikan lele, mengandung sekitar 18 gram protein. Sedangkan kebutuhan protein harian untuk anak di bawah 4 tahun adalah 13 gram. Dengan kandungan merkuri yang rendah, ikan lele mencegah risiko stunting pada anak secara optimal. 

“Satu ekor ikan lele bisa mengandung 18 gram protein. Jika kebutuhan protein harian anak di bawah 4 tahun adalah 13 gram protein, maka sejatinya makan ikan lele satu ekor cukup untuk mencegah stunting,” tandas Khofifah. 

Program KoLeGA

Di Jatim juga telah diinisiasi program Kolam Lele Keluarga (KoLeGa). Yang mana KoLeGa ini merupakan salah satu kegiatan prioritas peningkatkan konsumsi ikan dalam rangka mengurangi angka stunting dan kemiskinan di Provinsi Jawa Timur, yang telah dilaksanakan sejak tahun 2018. 

Inovasi ini murni inisiatif dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim dalam upaya peningkatan konsumsi makan ikan untuk kemandirian pangan tingkat rumah tangga khususnya masyarakat yang terindikasi stunting dan ekonomi rendah di Kabupaten/Kota. 

Warga yang memenuhi syarat sebagai penerima manfaat dan yang termasuk dalam data desa dengan angka stunting tinggi atau desa dengan kondisi ekonomi rendah  mampu dapat mengajukan bantuan KoLeGa melalui Dinas Perikanan Kabupaten/Kota setempat untuk diteruskan ke dinas KKP Provinsi Jatim. 

“Silakan bagi yang berminat untuk apply program KoLeGa ini. Dengan harapan semakin banyak yang mengonsumsi ikan lele, maka stunting Jatim terus menurun dan ekonomi masyarakat menjadi terangkat,” tambahnya.

Selanjutnya, Khofifah juga mendorong agar hirilisasi lele terus dikembangkan. Meskipun sebetulnya hilirisasi lele sudah dilakukan di banyak tempat dan sangat aman  untuk dikonsumsi bagi anak-anak. Tapi menurutnya penurunan stunting berbasis dengan gizi dan protein lele tetap membutuhkan hilirisasi dengan varian inovasi baru. 

“Jadi misalnya ada lele yang dimasak jenis tertentu atau diolah  pada produk tertentu sehingga kemudian bisa expired date-nya bulanan bahkan bisa 8 bulan tanpa bahan pengawet. Nah ini yang harus terus dikembangkan, karena teknologi pangan kita juga sudah luar biasa. Maka penurunan stunting berbasis protein lele memang harus terus dikembangkan,” imbuhnya.

Dirinya juga menyampaikan bahwa kehadiran Republik Lele yang berdiri sejak tahun 1985 ini bisa menjadi referensi bagi daerah lain untuk melakukan ternak lele dengan tekonologi sederhana.

“Sehingga kehidupan masyarakat bisa tersupport ekonominya, tetapi pada saat yang sama juga bisa mensupport penurunan stunting dari  protein lele. Terima kasih atas semangat yang tidak pernah berhenti dari seluruh tim di Republik Lele Kabupaten Kediri ini semuanya,” ucapnya

Sementara itu, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana menyampaikan bahwa produksi lele tahun 2022 mencapai 16.310,1 ton yang mengalami kenaikan dari tahun 2021, yakni 16.279 ton. 

“Dan dari produksi lele tersebut, nilai ekonomisnya bisa mencapai Rp. 250 miliar per tahunnya,” ucapnya

Sejalan dengan Khofifah, Hanindhito juga mengatakan bahwa dari produksi lele yang melimpah tersebut juga harus diiringi dengan hilirisasi olahan lele. 

“Jadi jangan hanya lele, tapi olahan-olahan lainnya juga harus diinisiasi inovasinya. Saat ini sudah banyak olahan lele seperti abon, sempol dan beberapa lainnya. Tetapi akan tetap didorong keberadaan hilirisasi lainnya,” katanya.

Kaitan dengan pencegahan stunting, pada bulan timbang di tahun 2022 prosentase stunting di Kab. Kediri mencapai 10,23% dan pada Februari 2023 telah mencapai 9,78%. 

“Ini menunjukan bahwa kami sudah berada _on the right track._ Juga mohon doa terkait Bandara Kediri yang insya Allah mulai beroperasi pada Oktober mendatang semoga tidak meleset dan kami optimis Kediri akan jadi episentrum baru di Jawa Timur,” pungkasnya. (Dwi Arifin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *