Memikirkan dan Mengimplementasikan Hikmah Idul Adha dalam Bersosialisasi dan Berbisnis
Oleh: Dr. Gancar Candra Premananto,
Ketua Departemen Manajemen FEB Unair, Penggiat Manajemen Spiritual
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللّٰهِ، وَرَحْمَتُهُ الْمُهْدَاةُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الأَمِيْنِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ، القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُࣖ (الكوثر)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbhah id pada pagi hari yang penuh keberkahan ini, Saya selaku khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, dengan cara melaksanakan segenap kewajiban dan menjauhi segala larangan Allah ta’ala. Allahu Akbar (3x) walillahilhamdu, Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Siapa dia diantara jama’ah sholat iedul adha yang belum pernah mendengar cerita tentang keluarga Nabi Ibrahim as dengan Iblis? Saya yakin tidak ada yang belum pernah mendengar, selama beberapa tahun kita hidup. Selama itu pula kita akan selalu diperdengarkan kisah tersebut, termasuk saat sholat idul adha yang selalu kita ikuti setiap tahunnya. Namun harus kita pahami, kisah-kisah di Al Qur’an bukan hanya sekedar dongeng orang dahulu kala. Seperti yang sering disampaikan orang kafir diantaranya dalam surat Muthaffifin 13, “idza tutlaa ‘alaihi aayaatunaa qoo la asaa thirul awwaliinn“ (yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata, “Itu adalah dongeng orang-orang dahulu.). Orang kafir bahkan sering menuduh kisah-kisah dalam Al Qur’an adalah hasil dongengan yang didengar Nabi Muhammad saw dari orang lain seperti dalam QS Al Furqan 5 “(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang.” Padahal dalam lanjutan ayat Al Furqon ayat 6 disampaikan, “Katakanlah (Muhammad), “(Al-Qur’an) itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Dengan merujuk pada ayat tersebut, maka kita harus mampu mengeksplorasi dan memikirkan hikmah dibalik kisah keluarga Nabi Ibrahim as untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan kita berkeluarga. Untuk itu tema khutbah idul adha yang kami bawakan adalah “Memikirkan dan Mengimplementasikan Hikmah Idul Adha dalam Bersosialisasi dan Berbisnis”
Islam bukanlah agama yang hanya berbasis dogma untuk diimani saja, Islam merupakan agama yang terbuka untuk urusan logika dan keilmuan. Dan itulah yang menjadikan banyak ayat bahkan memerintahkan umat Islam untuk berfikir. Seperti ‘afala ta’qilun’, ‘la’alakum tatafakkarun’, kuntum ta’qiluun, afala tatadzakkaruun. Kurang lebih ada 71 ayat dengan anjuran untuk memikirkan, memahami, mengambil pelajaran. Bahkan QS AL Baqarah 30, mengabadikan Riwayat bahwa malaikat sebagai makhluk yang patuhpun memberikan pertanyaan kritis kepada ALLAH swt mengenai mengapa manusialah yang dijadikan sebagai khalifah. ““Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau!”. Al Qur’an adalah sebuah al huda, kitab yang memberikan petunjuk, al furqon pembeda yang baik dan yang buruk, al -mauidzah kitab yang memberikan nasehat, maka kisah-kisahnya bukan hanya dongengan kosong seperti yang dituduhkan orang kafir, kisah-kisah dalam Al-Qur’an memiliki hikmah yang luar biasa dari ALLAH yang mengetahui semua rahasia di langit dan di bumi seperti dalam QS Al Furqon ayat 6 yang tadi kita simak.
Maka dengan sedikit ilmu yang kita miliki, marilah kita mencari petunjuk luar biasa dari kisah mengenai Idul Adha bersama keluarga Nabi Ibrahim as untuk bekal kita menjalani kehidupan di dunia.
Pemimpin demokratis.
Salah satu hikmah yang dapat kita ambil adalah dari Qa Ash Shaffat, 102
قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ (الصافات: ١٠٢)
Maknanya: “….. Ibrahim berkata: “Duhai putraku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu?” (QS ash-Shaffat: 102). Sebagaimana kita tahu bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Sedangkan perkataan Nabi Ibrahim kepada putranya, “Maka pikirkanlah apa pendapatmu?,” bukanlah permintaan pendapat kepada putranya apakah perintah Allah itu akan dijalankan ataukah tidak, juga bukanlah sebuah keragu-raguan. Nabi Ibrahim hanya ingin mengetahui kemantapan hati putranya dalam menerima perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Pengikut yang taat dan sabar
Lalu dengan kemantapan dan keteguhan hati, Nabi Ismail as menjawab dengan jawaban yang menunjukkan bahwa kecintaannya kepada Allah jauh melebihi kecintaannya kepada jiwa dan dirinya sendiri:
قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ (الصافات: ١٠٢)
Maknanya: “Ismail menjawab: “Wahai ayahandaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, in sya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS ash-Shaffat: 102). Jawaban Ismail yang disertai “In sya Allah” menunjukkan keyakinan sepenuh hati dalam dirinya bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah. Apa pun yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa pun yang tidak dikehendaki Allah pasti tidak akan terjadi. Allahu Akbar (3x) walillahilhamdu, Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demi mendengar jawaban dari sang putra tercinta, Nabi Ibrahim lantas menciumnya dengan penuh kasih sayang sembari menangis terharu dan mengatakan kepada Ismail:
نِعْمَ الْعَوْنُ أَنْتَ يَا بُنَيَّ عَلَى أَمْرِ اللّٰهِ
Komunikasi tersegmentasi
Imam al-Qurtubi menyebut sebuah riwayat yang berasal dari Ibnu Abbas RA bahwa iblis menghalang-halangi Nabi Ibrahim AS di al-Jamaraat sebanyak tiga kali. Nabi Ibrahim AS kemudian melemparinya dengan kerikil setiap kali iblis mencoba menghalanginya.
Namun, di tengah-tengah usaha Nabi Ibrahim AS dalam melaksanakan perintah Allah, datanglah iblis yang berusaha sekuat tenaga untuk mengiming-imingi dan mengganggu Nabi Ibrahim AS agar mengurungkan niatnya menyembelih sang putra.
Nabi Ibrahim AS yang teguh pendirian kemudian dengan cepat mengetahui bahwa upaya iblis tersebut ditujukan agar dirinya tergoda dan tidak menaati perintah Allah. Oleh karena itu, ketika iblis kembali mengganggunya, Nabi Ibrahim AS pun mengambil tujuh buah batu dan melemparkannya pada si iblis. Lemparan pertama itu dinamakan dengan Jumrah Ula (pertama).
Sayangnya, dikarenakan tidak berhasil menghasut Nabi Ibrahim AS, iblis dengan licik lalu membujuk istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar, untuk menghalang-halangi penyembelihan putra tersayang mereka. Dengan tegas Siti Hajar menolak hasutan tersebut dan melempari iblis dengan batu. Lokasi tersebut merupakan tempat melontar Jumrah Wustha (pertengahan).
Tak menyerah, Iblis kemudian beralih menggoda Ismail AS yang dianggap masih lemah keimanannya. Usaha iblis tidak membuahkan hasil, sejak awal Ismail AS justru berpendirian dan meyakini bahwa perintah langsung dari Allah harus dilaksanakan.
Sebagaimana kedua orang tuanya, Ismail AS pun melempari iblis yang mendatanginya dengan batu. Pelemparan kali ini yang disebut sebagai Jumrah Aqabah. Berkat keteguhan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya, mereka berhasil menghadapi ujian dari Allah.
kisah tersebut menjadi ritual yang harus diingat dalam tradisi haji. Yang mengingatkan kepada kita bahwa iblis tidak akan henti-hentinya dari depan dari belakang, kiri dan kanan menggoda manusia. Seperti kehidupan di dunia saat ini, godaan dapat dari bayangan kehidupan masa lalu, bayangan ketakutan di masa depan, dari keluarga, tetangga, rekan kerja, dari televisi, film dan lain-lain. Dan godaan yang muncul akan disesuaikan dengan kondisi yang digoda, sebagaimana iblis akan menyesuaikan godaaan yang disampaikan kepada Nabi Ibrahim as, Siti Hajar maupun Nabi Ismail as. Disisi lain, menjadi seperti keluarga Nabi Ibrahim as merupakan sebuah tantangan bersama, menjadikan keluarga kita sebagai menjadi penguat keimanan dalam menghadapi semua godaan dunia. Terutama peran Ibu sangat penting sebagai pendidik keimanan seorang anak.
Dalam kehidupan berbisnis sekalipin, kalangan akademisi banyak meneliti peran religiusitas dalam mendorong berbagai perilaku positif termasuk untuk mendorong produktivitas kerja. Untuk itu pembinaan mental di perusahaan menjadi hal yang juga sangat penting. Melandaskan aktivitas kepada ALLAH SWT menjadi tema sentral yang sangat kontekstual dalam kondisi kekinian.
Berbagi adalah penting
Kisah Nabi Ismail as yang diganti dengan seekor kambing besar seperti yang dikisahkan dalam QS As shofaat 207, “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” Mengajarkan kepada kira juga nilai penting berkurban dengan apa yang terbaik yang kita miliki. Hal ini diperkuat juga dengan kisah Qobil dan Habil dari QS AL Maidah 27 “Ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka terima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata : ‘aku pasti membunuhmu! ‘ Dia (Habil) menjawab : Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa,’ Kurban merupakan bukti dari ketaqwaan kepada ALLAH SWT. Kurban Habil diterima karena mempersembahkan harta yang terbaik yang dimiliki, sedangkan kurban QObil tertolak karena mempersembahkan harta terburuk yang dimilikinya. Kurban bukan sesajen atau persembahan untuk ALLAH karena ALLAH tidak butuh rezeki dari makhluknya, makhluklah yang membutuhkan rezeki dari Tuhannya. Berkurban adalah bentuk dari semangat untuk menunjukkan keinginan kita seberapa ingin kita mendekat pada zat yang kita cintai dan mencintai kita. Sama seperti ketika kita mencintai seseorang, maka kita cenderung rela untuk berkurban memberikan yang terbaik yang kita miliki. Berkurban juga bentuk rasar syukur terhadap nikmat yang luar biasa yang diberikan ALLAH kepada kita semua. Seperti tersirat dalam QS Al Kautsar. Ketika kita mendapatkan nikmat yang luar biasa maka kita diajarkan untuk menjalankan sholat dan berbagi. Seperti halnya yang kita lakukan saat ini, kita menggemakan takbir yang telah memberikan kita nikmat Islam yang luar biasa, nikmat kebersamaan, perdamaian yang kita rasakan hingga saat ini, menjalankan sholat ied bersama dan kemudian berkurban kambing, domba ataupun sapi.
Maka marilah kita tutup ritual sholat ied kita pada hari ini, dengan saling mendoakan. Agar jama’ah haji yang berada di Madinah saat ini, menjadi haji yang makbul sehat dan Bahagia selalu, semoga bertambah umat Islam yang sholeh, sholehah, taat kepada ALLAH. Agar yang belum berangkat haji, mendapat rezeki dan panggilan untuk naik haji.
Di akhir khutbah ini marilah kita berdoa kepada Alloh agar segala musibah dan kesulitan cepat berlalu diganti dengan keamanan kesejahteraan dan kebahagiaan.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Yang Maha Kuasa, pada hari ini kami berkumpul di lapangan ini, untuk melaksanakan perintah-Mu, melampiaskan rasa syukur kepadamu, menyatakan rasa bahagia atas perjuangan kami selama ini. Terimalah segala amal kami, ampunilah segala dosa kami, dosa ibu bapa kami, dosa keluarga kami, dosa kaum Muslimin Muslimat yang hidup maupun yang telah wafat.
Ya Allah hari ini kami melaksanakan ibadah shalat dan kurban yang kami sisihkan dari harta halal kami selama ini, semuanya hanyalah mengejar ridhaMu, mengharap ampunanMu, membersihkan kotoran jiwa yang mengganggu. Terimalah pengorbanan kami ya Allah, gantilah dengan ridhaMu, ampunanMu dan surgaMu.
Ya Allah engkau tahu, negeri kami dihuni oleh sembilan puluh persen umat Islam yang selalu mengagungkan asmamu, menjaga agamamu, jangan timpakan kepada kami ujian dan siksaan dari akibat kesalahan dan keserakahan para pemimpin kami.
Ampunilah kami, hindarkanlah kami dari wabah penyakit yang membahayakan kami jadikanlah negeri kami, negeri yang aman sentosa berilah penduduknya rizki dari buah-buahan terutama orang yang beriman kepadamu dan hari akhirMu.
Ya Allah tolonglah saudara kami di mana saja mereka berada yang sedang menderita karena tertimpa musibah bencana wabah penyakit berilah mereka kesabaran dan penggantian harta dan jiwa yang telah hilang dengan yang lebih baik.
Ya Allah, hajat kami kepada-Mu begitu sangat banyak, hanya Engkaulah Yang Mengetahui seluruh hajat dan kebutuhan kami. Kami memohon kepada-Mu ya karim, sepanjang hajat dan kebutuhan kami ini baik menurutmu, dan memberi kemaslahatan dunia dan akhirat bagi kami, maka penuhilah hajat dan kebutuhan kami ini, juga hajat dan kebutuhan istri, keluarga, orang tua, dan saudara serta sahabat kami.
Ya Allah, tiada tempat berharap bagi kami selain kepada-Mu, tiada tempat bergantung bagi kami, selain Engkaulah tempat kembali kami.
Penuhilah seluruh harapan kami ini ya Allah dengan Kau ijabah seluruh pinta dan harapan kami ini. Sungguh Engkau Dzat yang tidak pernah mengingkari janji.
Khutbah Idul Adha 1444 H, 28 Juni 2023 di Lapangan Dukuh Kupang Utara Surabaya