Khofifah Optimistis Lewat Sinergitas yang Kuat Penurunan Stunting Capai 14 Persen di Tahun 2024

waktu baca 5 menit
Gubernur Khofifah bersama Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit dan Kapolda Jatim Irjen Pol Toni Harmanto saat menyambut Hari Bhayangkara ke -77 di Polda Jatim, Kamis, (22/6).

SURABAYA-KEMPALAN: Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa optimistis angka stunting di Jatim akan mampu turun hinga mencapai angka 14 persen di tahun 2024. Angka tersebut sebagaimana target Kementerian Kesehatan dan Kementerian BKKBN.

Optimisme itu diungkapkan Khofifah usai menghadiri kegiatan gerakan bakti sosial kesehatan bersama Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit dan Kapolda Jatim Irjen Pol Toni Harmanto dalam rangka menyambut hari Bhayangkara ke -77 di Polda Jatim pada Kamis, (22/6).

Menurutnya, untuk mencapai target itu dibutuhkan sinergitas dan gotong royong lintas elemen. Khususnya dalam memastikan layanan kesehatan masyarakat di Jatim dapat terpenuhi untuk optimalisasi pencegahan stunting.

“Penguatan dari berbagai stakeholder membuat kami yakin bahwa angka stunting di Jatim akan terus menurun dan mampu mencapai target di tahun 2024. Terlebih selama tiga tahun berturut-turut angka stunting di Jatim juga terus menurun signifikan,” tegasnya

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jatim pada tahun 2020, prevelensi (prosentase) stunting di Jatim mencapai 25,6 persen. Kemudian tahun 2021 menurun 23,5 persen, dan di tahun 2022 kembali turun dan menjadi 19,2 persen. Dimana, angka ini juga dibawah standar WHO yaitu di angka 20 persen.

“Saya yakin prevalensi ini akan terus mengalami penurunan setelah Polda Jatim menyelenggarakan kegiatan bertajuk bakti kesehatan dalam rangka menyambut hari Bhayangkara ke-77,” ungkap Khofifah.

Menurutnya, rasa optimis yang tumbuh terkait pencegahan stunting, harus diimbangi dengan kerjasama semua sektor. Untuk itu, ia mengajak seluruh elemen terutama bupati dan wali kota di Jatim untuk terus menyampaikan pentingnya pencegahan stunting.

“Persoalan stunting menjadi perhatian seluruh elemen. Tidak hanya pemerintah, tetapi seluruh pihak hingga tingkat paling bawah memiliki peran penting untuk mencegah stunting,” tegasnya.

Sebab, lanjutnya, masih ada beberapa kabupaten dan kota di Jatim yang angka stuntingnya masih cukup tinggi. Kondisi ini dipengaruhi beberapa faktor seperti kesehatan ibu, bayi, remaja serta masih tingginya perkawinan anak di bawah umur.

“Sejauh ini, Pemprov Jatim terus melakukan berbagai upaya dan aksi untuk mencegah stunting seperti yang dilakukan oleh PKK serta intervensi dini kepada remaja putri diikuti dengan peningkatan gizi,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan Khofifah, gerakan penurunan stunting juga harus diimbangi dengan pemberian aksi gizi yang seimbang untuk anak-anak. Hal ini, sangat penting mengingat stunting sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.

“Saya mengajak semua pihak untuk memasifkan upaya penurunan stunting salah satunya melalu Aksi Bergizi di sekolah-sekolah di Jatim,” tuturnya.

Gerakan yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan tersebut merupakan satu rangkaian yang meliputi senam bersama, sarapan bersama, minum Tablet Tambah Darah bersama dan edukasi gizi seimbang yang dilaksanakan di sekolah SMP/SMA sederajat dan Pondok Pesantren. Sejauh ini Aksi Bergizi yang dilakukan Jawa Timur menjadi yang terbanyak secara nasional. Dimana telah diikuti 437 sekolah dengan sebanyak 117.796 siswa di Jawa Timur.

“Untuk itu kembali saya mengajak pada peringatan ini sebagai momentum yang tepat untuk melaksanakan gerakan Aksi Bergizi secara masif dan rutin,” ajaknya.

Di akhir, Khofifah juga menyinggung dua program Pemprov Jatim bersama perwakilan BKKBN Jatim untuk mencegah stunting, yakni Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) dan Sekolah Lansia Tangguh (Selantang). Program ini berupaya memberikan edukasi kepada orang tua untuk mengetahui bagaimana merawat dan mendidik anak dengan baik, terutama di 1000 hari pertama kehidupan.

“SOTH ini kurikulumnya sudah terpadu tersusun secara komprehensif. Ada dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan lainnya,” tandasnya.

Selain sosialisasi yang masif, Khofifah turut mengapresiasi inovasi digital yang dilakukan Polda Jatim untuk mendeteksi stunting terhadap anak-anak lewat aplikasi Si Centing Jawi Wetan.

Menurutnya, aplikasi itu akan memudahkan sekaligus menjadi penguat antara pemerintah dan jajaran kepolisian untuk mengetahui tumbuh kembang anak serta mencegah anak dari stunting.

Aplikasi Si Centing Jawi Wetan sendiri kepanjangan dari Holistic integrasi solusi deteksi, edukasi, cegah, monitoring dan parenting stunting.

“Ini adalah salah satu sumbangsih nyata yang ditunjukkan Polda Jatim sekaligus bukti sinergitas antara Pemprov Jatim dengan kepolisian Jatim berjalan berkesinambungan,” tuturnya.

Sementara itu, AKBP drg Dwi Miyarsi, MARS Karumkit Bhayangkara Tulungagung yang ikut mengkonsep aplikasi Si Centing Jawi Wetan mengatakan, metode digitalisasi kartu penduduk sehat serta hospital parenting sistem sebagai solusi yang terintegrasi untuk pendeteksian, edukasi konsultasi, terapi dan pemeriksaan serta pemberian makanan tambahan bagi balita yang mengalami stunting.

Di dalam aplikasi tersebut bisa dipantau perkembangan anak dari awal termasuk hasil pemeriksaan apakah masuk kategori stunting atau normal. Yang masuk kategori stunting hasilnya masuk hospital parenting sistem atau akan dirujuk ke RS Bhayangkara terdekat di Jatim

“Aplikasi ini masih berlaku untuk wilayah Jatim dan baru terintegrasi dengan RS Bhayangkara di seluruh Jatim. Ke depan aplikasi ini bisa digunakan di seluruh Indonesia. Terlebih, aplikasi ini bisa langsung diakses via android maupun iphone,” ungkapnya.

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit menambahkan, kegiatan bakti kesehatan serentak dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dan pemilihan wilayah Jawa Timur karena ada beberapa kegiatan yang dinilai menjadi unggulan salah satunya aplikasi yang bisa menghubungkan antara masyarakat anggota dengan petugas sehingga kemudian di dalam aplikasi tersebut bisa berinteraksi menghubungi dokter-dokter polisi terdekat sampai mendapatkan pertolongan.

“Kegiatan kali ini bermanfaat untuk masyarakat khususnya yang menderita sakit agar dapat diselamatkan dengan cara memberikan pertolongan cepat sebelum dirawat ke rumah sakit,” ujarnya.

“Alhamdulillah dari rangkaian kegiatan bakti sosial kesehatan kita laksanakan berbagai macam tadi saya kira mulai dari masalah operasi katarak, bibir sumbing, pelayanan kesehatan umum dan juga masalah stunting menjadi perhatian kita,” tutupnya. (Dwi Arifin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *