Harkitnas dan Ultah Surabaya

waktu baca 4 menit
Tampilan "Kepaten Obor" di Gedung Cak Durasim 20/5/2023

Oleh: Aming Aminoedhin

KEMPALAN: Kemarin pas tanggal 20 Mei 2023 adalah Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Ada banyak acara di berbagai tempat merayakannya. Satu di antaranya, Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) berlokasi di Jalan Gentengkali 85 Surabaya, menggelar pentas kolaborasi bernuansa ludrukan. Adapun tajuk lakon yang diangkat berjudul “Kepaten Obor” Sandiwara Mata Hati. Pentas ini dalam rangka memaknai Hari Kebangkitan Nasional tersebut.

Menurut Bambang Dwi S, Kasi Humas dan Dokumentasi TBJT, dijelaskan bahwa pementasan ini sebuah sandiwara yang bergaya tutur ludruk besutan, dengan mengadapatasi cerita Animal Farm (Peternakan Hewan) sebuah novel pendek satir yang ditulis oleh George Orwell mengenai sekolompok hewan yang mengulingkan kekuasaan manusia, ditulis di masa Perang Dunia ke II dan diterbitkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Struktur pertunjukannya diawali dari pertemuan imajinatif tokoh pergerakan Dr Sutomo dengan Gondo Durasim, mem-bahas keadaan zaman sekarang hingga direfleksikan pada anak-anak sekarang dengan gaya bertutur cerita keluarga binatang di sebuah hutan dengan dikemas dalam sebuah tontonan sandiwara musik hasil kolaborasi seniman dan pekerja seni Jawa Timur, bersama sanggar-sanggar binaan Taman Budaya Jawa Timur.

Ternyata malam itu tampilan mereka bisa menyedot banyak penonton untuk melihat di Gedung Cak Durasim tersebut.Terbukti gedung dipenuhi penonton yang menyaksikan pentas kolaborasi ini. Sedangkan di Gedung Pameran Prabangkara, ada juga pameran foto dan sepeda onthel dari Komunitas Senopati Surabaya.

Sementara itu bulan Mei identik pula dengan Hari Jadi Kota Surabaya, tahun ini adalah yang ke-730. Di Rumah Budaya Rakyat Jalan Karangmenjangan 21 Surabaya,akan ada pagelaran ludruk opera dengan lakon “HOEDJOENG GALOEH” dari Komunitas Ludruk the Luntas Indonesia, pada tanggal 31 Mei 2023 nanti. Lantas ada juga Pagelaran Wayang Kulit di Tugu Pahlawan Surabaya pada tanggal yang sama.

Harkitnas dan Hari Jadi Kota Surabaya, bisa dijadikan semangat bagi warga kotanya agar tetap terus sehat semangat. Kota metropolitan yang tak lupa menggelar pentas budaya sendiri di tengah zaman yang kian banyak budaya luar membanjiri.
Bangkitlah negeriku, bangkitlah bangsaku! (Aming Aminoedhin).

Puisi Minggu Ini Oleh Aming Aminoedhin

    Berikut ini saya muatkan catatan puisi-puisi saya tentang kota Surabaya dari zaman pandemi, hingga yang terakhir kali bicara hardiknas dan harkitnas. Yang pasti, Surabaya memang luar biasa! Kota metropolitan tak lupa budaya. (aa).

Aming Aminoedhin
LANGKAH MEI

langkah mei hanya bisa menata diri, ada
hardiknas dan harkitnas. belajar lebih apik,
harus bangkit lebih baik.

jangan terlalu percaya pada nasib, sebab
terkadang tidak selamanya bisa tertib.
langkah usaha dan kerja keras itu solusi,
mungkin bisa jadi kunci. jika kita cuma
menunggu, bakal digilas waktu. Sedang
cuaca kini juga tak tentu, bisa hujan
sewaktu-waktu. atau panas mentari
tak terhitung lagi, seperti bara api.

langkah bulan mei bersandar pada
hardiknas dan harkitnas. belajar dan terus
bangkit menata diri, meraih mimpi-mimpi.

Mojokerto, 4/5/2023 (03.42)

Aming Aminoedhin
KATA BISU TAK BERSUARA
KALIMAT BERLARAT-LARAT TANPA MAKNA

Di belantara hutan beton kota, kata-kata jadi bisu diam
tak bersuara. Ada juga kalimat-kalimat bersliweran tanpa
makna. Kata-kata ditata bombastis begitu romantis, tapi itu
hanya gincu saja. Kalimat itu hanya janji-janji, melambung
tinggi tak pernah ditepati.

Di bawah-bawah pohon kota, ada gambar-gambar wajah.
Ada penuh senyuman sumringah, daya tarik penuh gairah.
Hanya sayang di esok hari jika dapat kursi singgah, lupa janji
lupa jalan arah. Begitu parah!

Kata-kata bisu tak bersuara, kalimat berlarat-larat tanpa makna.
Bisa juga hanya berupa tipu muslihat. Akankah kita mau
merapat & masih terpikat? Atau mungkin saja rayuan itu
telah menjerat? Tak tahulah!

Mojokerto, 24/2/2023 (04.23)

Aming Aminoedhin
SURABAYA MENARI

Penghujung tahun lalu, pada bulan
Desember basah. Surabaya menari remo
bersama ribuan penari. Ada gairah
menembus Muri, ternyata bisa diakui.
Surabaya menari indah penuh makna
lestarikan budaya sendiri.

Pro-kontra soal Surabaya menari remo
adalah biasa, tapi mimpi beri acuan tarian
budaya sendiri pada siswa adalah kunci.
Menari gagah bersama ratusan ribu kawan
penuh gairah, kali lain bisa sejuta siswa
menari bersama.

Surabaya menari, memang telah digelar
luar biasa. Mungkin pada hari lain,
Surabaya bernyanyi bersama berjuta siswa
bisa digelar-dengarkan semakin
gebyar-gebyar. Segala penjuru akan
mendengar dan ikut bergetar. Surabaya
kian berbudaya, semakin luar biasa tiada dua.
Tapi adakah bisa? Barangkali arwah
Gombloh dan Leo Kristi akan jawab
sangat bisa. Surabaya itu selalu luar biasa!

Mojokerto, 3/1/2023 (05.13)

Aming Aminoedhin
SURABAYA MASA PANDEMI

Memotret Surabaya dari jauh masa pandemi, mataku
tak dapat melihat utuh. Cerita kawan, bus-bus
tak ada lagi di Purabaya. Sepi mungkin sunyi.

Jalanan, katanya juga mulai tak seperti biasa lagi.
Macet dan ruwet, tak terdengar kabar. Jalanan
tengah kota, bisa melenggang. Tenang.
Tapi awas ada virus wabah menghadang.
Hati-hati. Portal-portal setiap gang, juga menghadang.
Jangan bertamu, semua warga tutup pintu. Takut ada sesuatu.

Memotret Surabaya dari jauh, bikin hatiku trenyuh.
Surabaya yang hiruk-pikuk, kini terpaksa tunduk
pada aturan tak saling sentuh. Jaga jarak sesama
mengusir Korona biar sirna.

Mojokerto, 27/5/2020

Aming Aminoedhin
G A M A N G

Jalan melangkah Surabaya terasa gamang, tapi ada janji
soal rejeki bikin langkahku pergi. Gamang. Ada virus wabah
menghadang. Bismillah tetap melangkah. Mentari pas cerah.

Kegamangan itu, hanya semu. Jalanan ternyata biru.
Memang ada banyak rambu. Jika ikuti semua, pasti tetap
bisa melaju. Rejeki bakal ketemu.

Ada juga rambu bernama seruan amat besar
terpampang, “Kate lapo kluyuran ae, Rek!
Dipangan Corona matek koen! Ndang moleh!”

Surabaya memang beda. Jangan samakan, kota-kota lain.
Bicara apa adanya, tak perlu basa-basi. Tak perlu janji-janji.
Surabaya tetap indah, tetap gagah, dan megah.
Percayalah! ()

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *