Counter Attack Ganjar-Erick

KEMPALAN: Setelah babak belur dihajar netizen pasca-pencoretan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, Ganjar Pranowo-Erick Thohir langsung melakukan counter attack, serangan balik. Berbagai operasi pemulihan melalui proyek public relation dilakukan. Terbaru, Erick Thohir dielu-elukan karena dianggap sukses membebaskan Indonesia dari sanksi berat otoritas sepak bola dunia FIFA.
Pencoretan Indonesia menjadi episode kelam dalam sepak bola Indonesia. Insiden itu membawa implikasi politik yang sangat serius bagi Ganjar Pranowo dan Erick Thohir, yang sudah digadang-gadang untuk maju dalam perhelatan pemilihan presiden 2024. Setidaknya Partai Amanat Nasional (PAN) sudah secara terbuka mengumumkan minatnya untuk mencalonkan pasangan ganda putra Ganjar-Erick.
Ganjar menjadi sasaran rundungan dahsyat oleh para netizen dan penggemar sepak bola Indonesia. Ganjar bersama Gubernur Bali I Wayan Koster dianggap sebagai biang kerok kegagalan Indonesia. Nerizen menghujat dan mengancam tidak akan memilih Ganjar jika dia maju pada perhelatan pilpres.
Ibarat pertandingan sepak bola Ganjar dianggap melakukan blunder dengan menolak kedatangan timnas Israel. Akibat blunder itu gawang PDIP, partai induk Ganjar Pranowo, kebobolan oleh banyak gol yang digelontorkan para netizen. PDIP dan Ganjar berada pada posisi bertahan total supaya tidak kebobolan lebih banyak lagi.
Ganjar menjadi sasaran amuk netizen. Beberapa jajak pendapat menunjukkan elektabilitas Ganjar merosot pasca-pencoretan. Survei elektabilitas calon presiden yang digelar Merdeka Institute for Public Opinion Survey (MIPOS) membuktikan indikator itu.
Sebanyak 75,2% responden mengaku marah. Hanya 16,2% responden yang mengaku bisa memahami, dan sebanyak 8,6% responden tidak tahu. Survei membuktikan bahwa elektabilitas Ganjar merosot menjadi 16,8% dari sebelumnya di kisaran 20 persen. Elektabilitas capres tertinggi kali ini diduduki Prabowo Subianto dengan angka 33,6%, disusul Anies Baswedan 21,5%, dan Ganjar di urutan ketiga.
Litbang Kompas merilis riset mengenai percakapan warganet di media sosial mengenai batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 dan kaitannya dengan Ganjar Pranowo. Hasilnya, dari 156.000 percakapan dan 671.500 interaksi di antara warganet dari berbagai kanal medsos terlihat sentimen yang cenderung menyiratkan ketidaksetujuan, kekecewaan, hingga kemarahan dari netizen.
Ganjar dianggap sebagai penyebab Piala Dunia U20 gagal diselenggarakan di Indonesia. Puncak kritik warganet terjadi pada Kamis (30/3) sebagai ekspresi kekecewaan dan kemarahan terhadap penolakan Ganjar.
Narasi warganet mulai beralih dari kritik menjadi spekulasi politik. Sejumlah netizen mulai melempar opini bahwa kegagalan Piala Dunia U20 di Indonesia akan menurunkan citra Ganjar dan PDIP dalam kontestasi Pemilu 2024.
Menurut Litbang Kompas, secara umum, ada empat kelompok yang terlibat percakapan terkait Piala Dunia U20 dan Ganjar Pranowo di media sosial. Empat kelompok itu adalah akun para pendukung Ganjar, akun kontra Ganjar, akun informasi sepak bola, dan akun media daring. Akun informasi sepak bola dan media daring cenderung hanya melempar konten berisi informasi terbaru terkait Ganjar, Piala Dunia U20, dan pernyataan sejumlah tokoh partai politik.
Muncul fenomena unik dalam isu ini. Jika umumnya perdebatan di medsos terbelah antara kadrun vs cebong, dalam isu ini kedua kelompok seakan saling bertukar anggota. Banyak akun yang semula mendukung Ganjar kini mengaku berpaling. Sebaliknya, akun yang awalnya tidak pernah atau jarang menyatakan dukungan terhadap Ganjar kini beralih mengaku di sisi Ganjar, karena kesamaan pandangan menolak Timnas Israel.
Ganjar dianggao melakukan blunder karena tidak memahami permainan. Ganjar tidak menyadari kedalaman isu sepakbola dan hubungan Indonesia dengan Israel. Ganjar dianggap memainkan isu ini hanya sekadar permainan gimik politik. Selama ini Ganjar tidak pernah terlibat dalam wacana perdebatan mengenai isu-isu strategis. Tetiba dalam kasus ini Ganjar berbicara mengenai kondisi geopolitik internasional dalam hubungan Indonesia-Israel.
Tanpa menunggu lama Ganjar-Erick segera melakukan counter attack. Ganjar bertemu dengan Hoky Caraka, kapten timnas Indonesia U20 yang sebelumnya membuat unggahan keras menyesali pencoretan Indonesia. Ganjar bertemu Hoky dan menawari Hoky dengan pekerjaan.
Solusi yang ditawarkan Ganjar tidak menyentuh persoalan sepak bola Indonesia. Dengan menawarkan pekerjaan seolah kerusakan terhadap persoalan sepak bola Indonesia selesai. Hal ini menunjukkan pendekatan Ganjar yang cenderung dangkal dan hanya bersifat pencitraan.
Setelah wawancara itu Hoky mengaku masalah sudah selesai. Keduanya bersalaman komando dan tertawa-tawa. Mungkin persoalan Ganjar dengan Hoky selesai. Tapi persoalan sepak bola Indonesia yang sangat kompleks tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu episode unggahan di media sosial.
Ganjar juga secara khusus tampil di kanal Mata Najwa. Ganjar menjelaskan alasan di balik penolakan terhadap timnas Israel yang menyebabkan Indonesia batal menjadi tuan rumah. Ganjar meminta maaf dan terlihat sangat defensif dan apologetik.
Sebagai ketua PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) Erick Thohir dianggap bertanggung jawab terhadap pencoretan Indonesia. Hubungannya yang baik dengan Presiden FIFA Gianni Infantino ternyata tidak bisa menyelamatkan Indonesia dari pencoretan. Alasan pencoretan itu masih tetap menjadi misteri dan kontroversi, karena FIFA tidak menyebutkan alasan yang spesifik.
Spekulasi yang berkembang menyatakan bahwa Indonesia secara teknis memang tidak siap menyelenggarakan Piala Dunia, dan FIFA tidak mau mengambil risiko. Karena itu FIFA tidak punya pilihan kecuali mencoret Indonesia.
Erick Thohir bergerak cepat untuk memulihkan citranya yang babak belur. Pertemuan dengan Infatino di Paris menghasilkan sanksi ringan dari FIFA. Indonesia hanya didenda dengan sanksi administratif dalam bentuk penundaan pemakaian anggaran FIFA senilai Rp 140 miliar. Dalam bahasa Erick Thohir, Indonesia hanya kena kartu kuning dan bukan kartu merah.
FIFA juga tetap berkomitmen untuk membantu transformasi sepak bola Indonesia, termasuk merenovasi 22 stadion supaya layak standar FIFA. Sanjungan kepada prestasi Erick bermunculan, di antaranya dari Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
Tugas yang dihadapi Erick Thohir menggunung kalau benar-benar mau serius membenahi sepak bola Indonesia. Oktober nanti tahapan pemilihan presiden RI dibuka dengan pendaftaran calon presiden dan wakil presiden ke KPU (Komisi Pemilihan Umum). Masyarakat akan menunggu, apakah Erick akan tetap berkomitmen untuk menunaikan janji di PSSI, ataukah PSSI hanya sekadar jadi batu loncatan. (*)
