Mengapa Kendaraan Listrik? Ini Kata Pakar Teknik Mesin Ubaya
SURABAYA-KEMPALAN: Kendaraan listrik sedang hangat dibicarakan saat ini. Kendaraan listrik ini menggunakan penggerak berupa motor yang menggunakan energi listrik. Menurut The Jaya Suteja, Ph.D. yang merupakan dosen Teknik Mesin Universitas Surabaya (Ubaya), kendaraan listrik sebenarnya sudah ada disaat kendaraan berbahan bakar minyak belum populer. Akan tetapi, saat itu kendaraan listrik tidak banyak diminati.
“Kendaraan listrik tidak berkembang karena kapasitas simpan energi baterai yang kecil. Akibatnya pengendara tidak bisa pergi terlalu jauh. Selain itu, pengisian energi listrik ke baterai juga butuh waktu lama,” kata Jaya
Kendaraan listrik mulai dilirik kembali pada sekitar tahun 1970. Hal ini disebabkan adanya embargo dan krisis minyak. Penyebab berikutnya adalah meningkatnya kesadaran akan lingkungan. Serta, kapasitas simpan baterai yang semakin besar.
The Jaya Suteja, Ph.D mengatakan bahwa kendaraan listrik mempunyai keuntungan dibanding kendaraan konvensional berbahan bakar minyak. Pertama, kendaraan listrik lebih ramah lingkungan. Keuntungan ini sering sebenarnya dipertanyakan karena listrik umumnya dihasilkan dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara. Tapi kendaraan listrik tetap dianggap ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi dan suara saat digunakan. Polusi akibat pembangkitan listrik dialokasikan di tempat pembangkitan saja. Polusi yang teralokasi akan lebih mudah ditangani.
“Keuntungan berikutnya, efisiensi kendaraan listrik lebih baik dibanding kendaraan konvensional. Efisiensi dihitung berdasarkan jumlah energi yang hilang mulai dari asal muasal bahan bakar sampai digunakan menggerakkan roda kendaraan. Proses pembangkitan listrik lebih efisien dibanding pembuatan bahan bakar minyak. Lalu, penggerak listrik tidak banyak membuang energi menjadi panas. Akibatnya, energi yang sama dari bahan bakar awal dapat menggerakan lebih banyak kendaraan listrik dibanding kendaraan konvensional,” jelas Jaya
Terakhir, biaya kepemilikan kendaraan listrik lebih murah. Komponen kendaraan listrik lebih sedikit dan sederhana. Kebutuhan pelumasan minimal. Biaya perawatan jadi lebih murah. Harga jual energi listrik akan semakin murah. Sedangkan harga bahan bakar minyak akan semakin mahal. Biaya kepemilikan bisa lebih murah lagi jika pemerintah memberikan insentif untuk pembelian kendaraan listrik.
“Tantangan kendaraan listrik juga ada. Saat ini belum banyak tempat pengisian energi listrik sehingga muncul kesulitan untuk berpergian jauh. Waktu pengisian energi listrik lebih lama dibanding pengisian bahan bakar minyak. Pola pengisian baterai perlu diatur. Pengisian pada waktu bersamaan menyebabkan kebutuhan kapasitas terpasang yang besar. Biayanya akan jadi mahal tapi kapasitas idle tinggi,” ujar Jaya
Keterbatasan teknologi baterai juga masih menjadi kendala. Harga baterai masih dianggap mahal. Umur baterai masih relatif pendek. Metode pengisian baterai tidak standar. Akibatnya, konektor yang digunakan ada bermacam jenis dan tidak kompatibel.
Tapi prospek kendaraan listrik ke depan masih sangat cerah. Pemerintah menjadi pemicu percepatan kendaraan listrik. Aturan terkait lingkungan akan mendorong penggunaan kendaraan listrik. Harga baterai akan semakin murah karena mencapai skala ekonomisnya. Teknologi pengisian cepat dapat mempersingkat waktu pengisian listrik. Kapasitas baterai akan semakin besar. Jarak tempuh akan semakin jauh.
“Kinerja penggerak listrik pasti akan semakin baik. Perlombaan mobil Formula E akan mendorong perusahaan otomotif meningkatkan riset dan pengembangan,” pungkas Jaya. (*)