Mahasiswa Textile and Fashion Design UK Petra Tampilkan Karya Busana Digital Fashion

waktu baca 3 menit
Clarita Angel memperlihatkan karyanya bertajuk Two Dots dgn software CLO3D.

SURABAYA-KEMPALAN: Jika berbicara mengenai dunia fashion, perkembangan pasti terjadi sangat cepat. Begitu juga dengan PCU terus menunjukkan komitmennya dalam membantu mahasiswanya khususnya di Textile and Fashion Design program dalam menghadapi tantangan di industri mode.

Ayrine Fluorensia menunjukkan karyanya bertajuk Revenge Party dgn software CLO3D

Sebelum mengakhiri masa liburan mahasiswa, para mahasiswa dari kelas mata kuliah Digital Fashion menunjukkan hasil karyanya di kelas dengan tema resort wear. Bukan sekadar baju liburan pada umumnya. Tetapi berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat kini yang maunya jika saat liburan tidak perlu membawa banyak pakaian tetapi cukup membawa sedikit baju saja maka bisa dibuat untuk jalan-jalan tetapi sekaligus untuk style.

“Mata kuliah ini sudah ada sejak tahun 2018 yang lalu. Kami sangat bahagia bisa mengajarkan hal ini pada mahasiswa. Harapannya para mahasiswa Textile and Fashion Design PCU bisa mengatasi tantangan dalam industri mode yang perubahannya juga sangat cepat sehingga mereka bisa mempersiapkan diri untuk masa depan.”, ungkap Luri Renaningtyas, S.T., M.Ds., dosen penanggung jawab.

Jesselyn Hanggoseputro sedang asyik membuat karyanya bertajuk “Soft Elegance” di CLO3D

Luri menambahkan, dalam matkul ini para mahasiswa belajar menggunakan software CLO 3D. Mahasiswa diajarkan menjahit virtual untuk kemudian mensimulasikan hasil desainnya lalu membuat animasi desainnya dalam sebuah tayangan maya fashion show.

“Di tugas ini mahasiswa diminta ‘promosikan’ baju desainnya dalam bentuk foto fashion. 3D Prototyping yang dibuat di CLO3D bisa terlihat realistik seolah-olah ada model memakai baju fisik sungguhan. Cara kerjanya mahasiswa ‘menempelkan’ virtual garmen (3D) ke  foto fashion. Sebelumnya mahasiswa memodifikasi pose tubuh avatar CLO3D sedemikian rupa meniru pose foto modelnya, kemudian membuat simulasi 3D garmen yang di draping ke pose avatar tadi . Setelah jadi, 3D garmen tadi di compose dengan photoshop.”, tambah Luri.

Ketika industry fashion memanfaatkan state of the art software seperti CLO ini maka proses desain dan produksi garmen akan lebih efisien. Tak hanya itu designer tidak perlu membuat sample fisik untuk jualan sehingga proses “time to market” juga lebih cepat. Proses riset juga jadi lebih cepat, “designer itu gak perlu bolak balik ke toko kain, mencoba kain, mencari warna yang sesuai. Pokoknya menggunakan Digital Fashion ini designer bisa langsung memilih, menentukan kain hingga melihat hasilnya saat itu juga.”, kata dosen yang sedang mendalami teknologi dan fashion.

Regina Mitzi menunjukkan karyanya yg berjudul “Jardin De Tulipes” di runway CLO3D

Harapannya mahasiswa dapat menjual 3D garment baju sebagai NFT (Non-Fungible Token) di Metaverse bersamaan dengan physical twinnya jika mahasiswa juga memproduksi sample fisiknya.

Karya busana Ayrine Fluorensia, mahasiswa PCU semester tiga diatas berjudul ‘Revenge Party’ Foto fashion dengan model yang mengenakan 3D garment realistik. Pengerjaan dilakukan dengan software CLO3D di MK Digital Fashion.

Sementara itu karya busana Clarita Angel didominasi warna hitam putih. Mahsiswa PCU semester tiga berjudul ‘Two Dots’ Foto fashion dengan model yang mengenakan 3D garment realistik. Pengerjaan dilakukan dengan software CLO3D di MK Digital Fashion. Gambar di sebelah kanan adalah screen shot virtual fashion show. (Ajeng Dyah)

Editor: Freddy Mutiara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *