Membatik Toleransi dalam Rangka Haul Gus Dur 13 Jombang

waktu baca 2 menit

SURABAYA-KEMPALAN: Sebanyak 80 siswa/i Islam dan Kristen Jombang berkolaborasi membatik bersama di halaman gereja GKI Jombang, Kamis (12/1). Kegiatan yang diprakarsai ini diikuti 5 sekolah, yakni SD Kristen dan SMP Kristen Petra Jombang, MTs dan MA al-Hikam Diwek serta MI Islamiyyah Perak Jombang.

“Upaya ini merupakan langkah konkrit mengajarkan toleransi siswa/siswi berbeda etnis dan agama untuk lebih saling mengenal dan bekerja sama,” ujar Ika Maftuhah Mustiqowati, kepala sekolah Madrasah al-Hikam Diwek.

Menurut juara favorit kepala madrasah berprestasi Kementerian Agama 2022 ini, intoleransi perlu dicegah sejak dini. Sekolah harus berani mengambil inisiatif mempertemukan siswa/inya dengan kelompok lain.

Hal senada disampaikan Jecqeline Adriana, kepala sekolah SMP Kristen Petra. Ia menekankan pentingnya kemerdekaan dalam pembelajaran toleransi kepada semua siswa. “Kan sekarang sedanga digalakkan Merdeka Belajar oleh Kemdikbud. Kita perlu menyambut baik. Pertemuan siswa/i Kristen-Islam adalah bagian dari hal itu,”

Sebelum membatik bersama, semua siswa peserta diajak menyusuri lebih dekat komplek SD Kristen Petra, termasuk gereja yang ada di dekatnya. Di sana, siswa/i Islam mendapat kesempatan mengetahui lebih jauh tentang kekristenan dan gereja.

Praktek membatik dilakukan secara bersama-sama. Satu kain dikerjakan 5-6 siswa/i berbeda agama. Mereka bersatu menghasilkan karya bersama.

“Saya senang dengan kegiatan seperti ini. Dapat teman baru dari sekolah Islam,” kata Kezia Duma, siswi kelas 7 SMP Kristen Petra. Kezia berkelompok dengan, Adinda Lathifaturrohmah, siswi MTs Al-Hikam. Keduanya saling membantu menghasilkan motif batik berkompetisi dengan kelompok lain.

Saat memberikan sambutan, Sumrambah, wakil bupati Jombang, mengapresiasi kegiatan ini sebagai upaya pendidikan progresif. Menurutnya, setiap agama mengajarkankan nilai toleransi yang perlu diimplementasikan, salah satunya, melalui kegiatan sekolah.

“Kita perlu merawat nilai toleransi yang telah diwariskan Gus Dur. Apapun identitas kita, kita adalah saudara. Kita harus bergotong royong,” papar Sumrambah.

Pada saat yang sama, Aan Anshori, aktifis GUSDURian Jombang, menyatakan kegiatan seperti ini akan terus dilaksanakan. Mempertemukan siswa antaragama adalah kunci menanamkan toleransi. Baginya toleransi tidak bisa hanya dikhotbahkan tanpa keteladanan.

Kegiatan ini juga dihadiri perwakikan Dinas Pendidikan Jombang, Kantor Kementerian Agama, dan perwakilan organisasi lintasagama di Jombang. (aan anshori)

Editor: Freddy Mutiara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *