Wagub Emil Minta Tenun Ikat Banjar Kidul Kediri Didaftarkan ke HAKI

waktu baca 4 menit
Wagub Emil Elestianto Dardak bersama istri menghadiri gelaran DSF ke-7 di Kota Kediri, Sabtu (10/12).

KEDIRI-KEMPALAN:  Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak secara khusus meminta Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar untuk segera mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dengan indikator geografis Tenun Ikat Banjar Kidul Kediri.

“Saya rasa dengan sejarah panjang tenun ikat bandar kidul, kesenian wastra ini sudah layak untuk dapat HAKI,” kata Wagub Emil saat menghadiri gelaran Dhoho Street Fashion (DSF) ke-7 di Jalan Basuki Rahmat, Kota Kediri, Sabtu (10/12).

Hadir bersama istri, Emil sapaan lekatnya mengatakan bahwa jika telah terdaftar pada HAKI, maka penguatan communal branding tenun ikat bandar kidul akan semakin kuat.

“Jadi hanya tenun yang dibuat oleh orang di Bandar Kidul. Dan di Bandar Kidul yang boleh punya branding itu ini seolah akan nilai jualnya apalagi dikombinasikan dengan karya-karya designer yang luar biasa mudah-mudahan ini akan meningkatkan betul minat masyarakat dan nilai jual dan tenun ikat Bandar Kidup. Mudah-mudahan ini bisa kita dukung bersama,” kata Emil.

Pada kesempatan yang sama, Emil menjelaskan bahwa Communal Branding merupakan kegiatan peningkatan kualitas produk, kapasitas kelembagaan, dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia serta untuk pengembangan promosi dan pemasaran di bawah satu merek yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (community) secara bersama-sama.

Oleh karena itu, nantan Bupati Trenggalek ini optimistis bahwa dengan gelaran DSF tahunan ini akan meningkatkan geliat ekonomi kreatif di wilayah Kediri Raya. “Karena saat ini batik tenun ikat tidak hanya bisa digunakan sebagai baju, melainkan bisa juga jadi dekorasi,” tuturnya.

“Apalagi di dukung kehadiran bandara di Kediri nantinya akan mampu menunjang pertumbuhan ekonomi kreatif itu sendiri,” imbuhnya.

Emil mengatakan bahwa Kediri sebagai episentrum wilayah selingkar wilis sisi timur akan mampu menghadirkan festival-festival yang tidak hanya tersohor di jawa timur saja, melainkan hingga nasional dan internasional. Termasuk juga gagasan untuk melibatkan komunitas difabel baik dari sisi pengrajin hingga model menurut Emil bisa dijadikan contoh oleh daerah lainnya.

“Saya harap, acara Dhoho Fashion Street ini juga bisa menjadi salah satu upaya agara para penenun dan desainer Kota Kediri mendapatkan inspirasi cara menampilkan tenun yang lebih kreatif meskipun adanya banyak perbedaan, yang sesuai dengan tema yaitu “Diversity of Dhaha”,” ucapnya

“Acara ini juga diharapkan dapat meningkatkan serta mengangkat kearifan budaya lokal yang ada di Provinsi Jawa Timur karena untuk memajukan Tenun Ikat Kediri harus melibatkan semua unsur, baik pemerintah daerah, swasta, penenun dan desainer. Penenun dan desainer juga diharapkan dapat terus melakukan inovasi untuk memajukan kreasi Tenun Ikat Kediri,” pungkasnya

Sementara itu, Ketua Dekranasda Kota Kediri Ferry Silviana Abdullah Abu Bakar mengatakan, Dhoho Street Fashion bertujuan untuk mempromosikan tenun ikat kediri, kekayaan wastra nusantara yang diproduksi para penenun di Kota Kediri. Harapannya, selain tenun ikat lestari juga meningkatkan pendapatan para penenun dan UMKM yang bergerak terkait dengan tenun ikat.

“Kota Kediri punya Bandar Kidul yang merupakanaset luar biasa untuk kita. Banyak kabupaten kota lain terseok-seok ingin punya kain lokal. Kita sudah punya. Harapannya terus ada penerus di tenun ikat kediri ini,” ungkapnya.

Bunda Fey menjelaskan, Diversity of Dhaha dipilih untuk mengingatkan tentang keragaman yang membangun Nusantara, khususnya Kota Kediri. Bukan hanya keragaman suku dan ras, tapi juga keragaman kemampuan. DSF kali ini istimewa sebab menampilkan busana karya difabel yang diwakili oleh Yuyun Maskurun.

Seorang desainer difabel yang memiliki sekolah penjahit dan karya-karyanya sudah dipasarkan ke berbagai daerah. “Hal ini menunjukkan, tenun ikat kediri mampu menyatukan segala perbedaan,” ungkapnya.

Selain Yuyun Maskurun, tampil para desainer lokal yaitu Azzkasim Boutique, SMKN 3 Kota Kediri, Batik Jaya Warsa, Numansa, dan Luxcaesar. Koleksi SMKN 3 Kota Kediri bertema Casual Ready to Wear. Tujuannya agar anak-anak muda Kota Kediri semakin bangga menggunakan tenun ikat kediri. Dengan model yang lebih casual sesuai dengan anak muda. Sedangkan desainer nasional yang diundang Dekranasda Kota Kediri untuk mempresentasikan tenun ikat kediri yaitu Priyo Oktaviano dan Era Soekamto.

Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Dekranasda Prov Jatim, Wali Kota Kediri, Kepala Kanwil BI Kediri, jajaran kepala OPD, desainer lokal asal Kediri. (Dwi Arifin)

Editor: DAD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *