Erick Thohir dan Tragedi Bola

waktu baca 6 menit
Foto: Reupblika/Wilda Fizriyani

KEMPALAN: SEPAK bola menghadirkan drama dan tragedi. Sepak bola memberi kegembiraan ekstatik yang meluap-luap, tetapi juga bisa melahirkan tragedi yang memilukan hati. Jepang dan Korea Selatan yang tampil gagah perkasa pada Piala Dunia Qatar, akhirnya harus tertunduk sedih, pulang dengan perasaan remuk redam.

Di babak 16 besar Jepang gugur di tangan Kroasia melalui pertandingan ketat sampai pertambahan waktu 2×15 menit. Pada penentuan adu penalti terbukti mental Samurai Jepang belum cukup kokoh untuk menghadapi tekanan, dan menyerah 1-3.

Korea Selatan mengalami nasib yang lebih menyedihkan. Menghadapi raksasa dan favorit keras Brazil, Korsel seolah-olah menghadapi anti-klimaks. Keperkasaan ketika mengalahkan Portugal seolah hilang menghadapi Brazil yang sangat percaya diri. Korsel kalah kelas dan menyerah 1-4.

Brazil menjadi favorit panas untuk menjadi juara edisi tahun ini. Pemain-pemainnya berada pada kelas yang lebih superior ketimbang Korsel. Di babak pertama Brazil sudah mencetak 4 gol, mustahil untuk dikejar oleh Korsel. Keunggulan ini membuat pemain-pemain Brazil jumawa.

BACA JUGA: Silup Nangijab

Pada setiap gol yang dicetak beberapa pemain Brazil melakukan selebrasi dengan berjoget bersama-sama. Pada gol keempat, pelatih Brazil, Tite, terlihat ikut berjoget bersama-sama pemainnya untuk merayakan kemenangan. Sementara itu pemain Korsel semakin tenggelam dalam kekalutan.

Selebrasi tim Brazil ini dikecam oleh pundit sepak bola Inggris, karena dianggap mencederai spirit sepak bola yang sangat penting, yaitu respek atau penghormatan. Salah satu nilai utama dalam sepak bola adalah respek terhadap kemanusiaan dalam segala dimensinya. Dengan berjoget koreografik–yang sudah dipersiapkan—Brazil melakukan tindakan ‘’disrespectful’’, tidak menghormati lawan.

Respek terhadap kemanusiaan menjadi nilai yang sangat penting dalam sepak bola. Hal itu ditunjukkan oleh pemain-pemain profesional dan klub di seluruh dunia dengan menghormati sesama pemain, dan juga menghormati suporter sebagai bagian tidak terpisahkan dari sepak bola.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *