Gangster
KEMPALAN: SURABAYA darurat gangster. Begitu kabar yang beredar di media beberapa waktu belakangan ini. Puluhan anak muda mengendarai motor melakukan konvoi di tengah malam sampai dini hari. Mereka menyatroni warung kopi dan warung makanan dengan menjarah tanpa membayar.
Di beberapa tempat para ‘’gangster’’ ini bentrok satu dengan lainnya. Mereka terlibat tawuran dengan menggunakan senjata tajam berbagai jenis. Ada clurit, pedang samurai panjang, pisau penghabisan, rantai, besi bergerigi, dan berbagai jenis senjata lain.
Warga resah dan polisi bertindak. Operasi penangkapan dilakukan. Puluhan anggota gangster yang sedang berkumpul digerebek polisi. Puluhan remaja ditangkap. Puluhan motor dan puluhan senjata tajam berbagai jenis disita.
BACA JUGA: Korean Wave
Penyebutan gangster terdengar menyeramkan. Apalagi ditambahi dengan istilah darurat, seolah-olah kondisi benar-benar gawat dan berada di ambang keos. Kemunculan kelompok yang mengaku sebagai Anarko Sindikalis semakin membuat situasi mencekam.
Gangster ini sama saja dengan geng motor yang sudah lama muncul di berbagai kota beberapa tahun terakhir. Cukup lama tidak terdengar aktivitas geng motor dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi lockdown akibat Covid-19 rupanya efektif untuk meredam pergerakan anak-anak berandalan ini.
Mendadak beberapa bulan terakhir di Surabaya gerombolan berandal bermotor ini muncul lagi. Jumlahnya besar, bisa puluhan sampai ratusan, melakukan konvoi sambil mengacungkan senjata dan menjarah makanan. Mereka juga bentrok dengan sesama geng motor.