Suka Duka Reuni Jambore Nasional Ke-X American Jeep di Tabanan Bali. Inilah Kisahnya…
Emosi itu benar benar terbakar. Hiruk pikuknya menyita perhatian. Begitupun memorinya.Ya suka dukanya, atau apapun yang menyertai.
***
KEMPALAN: JAMBORE! Kata itu benar benar sangat menyita bagi penggemar American Jeep. Tepatnya jeep eks perang dunia keluaran 1942, hingga era 1970-an. Willys, jeep buatan USA yang legendaris itu. Tahun ini, digelar di Baturiti, Tabanan, Bali, 25 hingga 27 November 2022.
Sang penggemar yang tergabung dalam Perhimpunan Penggemar American Jeep Indonesia (PPAJI) berupaya untuk hadir di acara tahunan itu. Jarak ratusan atau ribuan kilometer, tak soal ditempuh. Kondisi kendaraan yang tak baru lagi, juga dipaksakan dihadirkan. Apapun caranya. Atau minimal, hadir secara personal tanpa kendaraan.
Acara Jambore di Bali kemarin, tidak ada yang baru. Hanya terbungkus acara seremonial meski tak formal. Juga acara fun game. Ada lomba adu menjalankan jeep terpelan.
Caranya, nyalakan mesin, masuklan gigi low gear di handle 4×4 yang tersedia, masukkan gigi perseneling 1, lalu lepas kopling. Jeep pun berjalan sendiri meski pengemudinya turun.
Dalam kondisi kendaraan prima, kecepatannya lebih lambat dibanding langkah berjalan. Dan, bagi penggemar jeep, itu juga bukan sesuatu yang aneh. Maklum, kendaraan itu dibuat untuk menembus segala medan. Termasuk tanjakan curam sekalipun, posisi low gear sangat membantu.
Begitupun fun game memundurkan anhang, gandengan yang berfungsi mengangkut barang. Nah yang ini, memang butuh keahlian khusus. Kuncinya, ketika mundur, roda depan jeep harus berkebalikan arah dengan objek yang dituju.
Jika hendak belok ke kiri, maka stir, harus diputar ke kanan. Begitu sebaliknya. Dengan catatan, posisi bodi anhang dan jeep tidak lebih dari 40 derajat.
Inilah yang menarik di lomba itu. Karena mereka yang punya Willys, belum tentu punya anhang karena langkanya barang itu.
Yang memicu adrenalin, justru di tantangan perjalanan mengendarai jeep tua. Kendala kendaraan (yang dinaiki), sudah pasti ada selama perjalanan. Lebih lebih yang masih menggunakan mesin original bawaan pabrik di tahun 1940-an.
Soal kecepatan jangan ditanya. Toh kendaraan itu tidak dibuat untuk menembus kecepatan seperti mobil sekarang. Paling paling, kecepatan rata rata yang bisa dicapai hanya 50 hingga 70 Km/jam.
Kerusakan kecil selama perjalan, tak jadi soal buat mereka. Kasus rem bocor, stir jadi liar, as roda jebol, hilang pengapian, radiator jebol, dan kasus lain, sama sekali tak jadi soal. Selalu saja ada cara mereka mengatasi. Yang penting, mobil harus tetap sampai di tujuan.
Ada kepuasan tak ternilai bisa didapat dengan perjuangan itu. Belum lagi bertemunya para penggemar di event itu bak sebuah reuni akbar. Belum lagi view yang didapat selama perjalanan.
Memang, jumlah kendaraan yang hadir di event kali ini, tidak sebanyak tahun tahun sebelumnya. Jumlahnya sekitar 400 unit jeep. Padahal di event serupa sebelumnya di Blitar Jawa Timur, jumlahnya memecahkan rekor: lebih dari 1.000 unit jeep. “Alamnya lagi kurang bersahabat,” seloroh salah satu peserta. Belum lagi bencana di Cianjur Jawa Barat, membuat sebagian penggemar memilih berpartisipasi di acara sosial.
Apapun, event jambore selalu saja menarik. Terutama bagi penggemar yang rata rata usianya tak muda lagi. Sampai bertemu lagi di jambore tahun depan di Sumatera Utara. Merdeka! (*)
Editor: DAD
