Tsunami Anies Baswedan, Rasanya Mustahil Bisa Dibendung
KEMPALAN: Panggung Anies Baswedan tidak sebatas DKI Jakarta lagi, tapi sebisa kaki menapak bumi nusantara, itu setelah Anies tak lagi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, tepatnya sejak 16 Oktober 2022. Ke mana pun kaki Anies melangkah, panggung besar disiapkan berharap akan kedatangannya.
Semua merasa bahwa daerahnya yang pantas lebih dulu disinggahi Anies, ketimbang daerah lain. Ada kerinduan seperti merasa tak cukup melihat Anies di televisi, dan sambung pemberitaan media sosial lainnya. Butuh interaksi bisa berdekatan dan menyentuh Anies. Jika itu kesampaian sungguh kebahagiaan luar biasa, sulit bisa digambarkan.
Datang berbondong dengan kesungguhan, ibarat seseorang yang berharap bertemu idaman hati. Datang karena keinginan tulus semata–tidak perlu embel-embel ada sesuatu yang diharapkan (kaos dan amplop dengan nominal tak seberapa)–sebagaimana kebiasaan pejabat, jika punya hajat lalu mendekati rakyat.
Menyambut kehadiran Anies pastilah digerakkan oleh semangat bersama, keinginan munculnya pemimpin baru. Pemimpin tidak serupa sebelumnya, yang cuma pandai tebar janji dan pansos. Anies menjelma sebagai antitesa dari pemimpin saat ini.
Hadirnya pemimpin yang memahami kesulitan yang dihadapi, itu yang diharapkan rakyat. Harapan itu jatuh pada Anies Baswedan, yang sudah terbukti sukses membangun Jakarta, dan yang mampu membahagiakan warganya.
Anies jadi harapan pemimpin perubahan itu, perubahan menuju lebih baik.
BACA JUGA: Anies dan Panggung yang Dihadirkan
Menjadi wajar massa mengelukan Anies di beberapa kota yang didatangi, itu penuh histeria. Ribuan orang seolah digerakkan oleh kemauan yang sama, ibarat kemunculan tsunami yang mustahil bisa dibendung.
Anies terbilang politisi yang punya kemampuan menghipnotis massa riil berbondong mengitarinya. Soal ini sulit bisa dijelaskan–dalam beberapa tulisan penulis soal itu jejaknya bisa dilihat. Jika lalu elektabilitas Anies melampaui pesaing, yang digadang-gadang bakal sebagai calon presiden (capres), itu hal wajar.
Lebih lagi setelah Anies dicalonkan resmi sebagai capres Partai NasDem, maka elektabilitasnya makin menguat. Sebelumnya pada hasil rilis berbagai lembaga survei, Anies lebih ditempatkan, bahkan hampir selalu di urutan 3, di bawah Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Menyapa dari Dekat
Kunjungan Anies ke kota Medan, Sumatera Utara (4-5 November 2022), bagai cek ombak melihat kekuatan riil Anies. Puluhan ribu massa menyemut mengelu-elukan Anies Presiden… Anies Presiden… teriakan yang tak mungkin bisa disumpal tuk dihentikan. Di negeri dengan pilihan sistem demokrasi, semua itu dimungkinkan.
Kunjungan berikutnya, yang dipilih untuk dikunjungi, adalah kota Solo (15 November 2022). Datang memenuhi undangan Haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi. Kunjungan ke Solo disempatkan Anies “kulo nuwun” pada Walikota Gibran Rakabuming Raka, yang putra sulung Presiden Joko Widodo, itu “digoreng” jadi berita menghebohkan. Padahal pertemuan biasa saja.
BACA JUGA: Gibran Seperti Mengikuti Jejak Anies
Adalah politisi PDIP, Said Abdullah, yang seperti dapat giliran mesti mencak-mencak aneh. Memprotes adanya silaturahim itu. Katanya, Anies akan mengambil untung dari pertemuan itu. Tambahnya, Anies bertemu Gibran itu agar lebih dikenal. Menggelikan. Meski tersirat, Said seolah menjewer Gibran, agar garis politiknya linier dengan PDIP. Itu artinya, “menjauh” dari Anies. Tapi balasan Gibran justru menohok, yang justru memuji Anies sebagai kepala daerah yang sukses. Disebut pula, bahwa Anies itu role model buatnya.
Di Solo Anies juga menyempatkan menemui dalang kondang Ki Anom Suroto, pertemuan akrab antarkeduanya. Meski bertemu baru sekali dengan Ki Anom, tapi Anies sudah jauh hari dikenal sebagai pecinta wayang kulit, dan kesenian Nusantara lainnya. Anies bergaul akrab dengan banyak dalang, di antaranya dalang kesohor, almarhum Ki Manteb Sudarsono. Pergaulan Anies dengan banyak pihak, dan macam profesi, itu sudah rintisan sejak lama. Bukan kagetan mengenalkan diri saat punya gawe sebagai capres. Menjadikan Anies nyaman tanpa beban saat jumpa siapa saja, termasuk dengan Ki Anom Suroto, berbicara dalam bingkai kesenian dan kebudayaan.
Keesokan harinya (16-17 November 2022), Anies lanjut ke Yogyakarta menemui relawan dan simpatisan. Seperti sebelumnya, Anies disambut ribuan massa. Dan, menghadiri deklarasi Forum Kabah Membangun, yang dimotori politisi senior PPP, Habil Marati dan kawan-kawan.
Setelah itu kunjungan Anies ke Tasikmalaya dan Ciamis, dua kota di Jawa Barat (19-20 November 2022), sambutan massa mengelu-elukan bak pahlawan pulang dari laga perang dengan kemenangan besar. Padahal itu diniatkan kunjungan silaturahim semata ke beberapa Pondok Pesantren. Bisa disebut silaturahim tertunda, dan yang baru bisa dilakukan Anies selepas purna tugas.
Hari ini (24 November 2022), kabarnya Anies ke kota Palu, Sulawesi Tengah, untuk menghadiri Munas XI KAHMI. Direncanakan Anies akan memberi Orasi Kebangsaan. Setelah itu entah kota mana lagi di nusantara ini yang akan didatanginya, itu bisa diserupakan panggung besar disiapkan untuknya. Panggung luas tanpa sekat batas teritorial sebuah daerah. Sungguh mengasyikkan, kita akan terus disuguhi pemandangan tidak biasa, histeria massa mengelu-elukan bak pertunjukan teatrikal. Setiap daerah seolah menampilkan gaya penyambutan tersendiri.
Namun tidak semua massa, yang larut dalam keriangan penyambutan, itu bisa menjabat tangan Anies sesukanya. Menyentuh tangannya pun, sepertinya belum tentu hasrat hati bisa kesampaian. Namun, berkumpulnya massa itu lebih pada sebuah isyarat pembuktian: mereka ingin masuk dalam bagian membersamai Anies menuju perubahan yang diharapkan… Wallahu a’lam. (*)