Permen Muktamar

waktu baca 2 menit
Foto: Joko Intarto for kempalan.com

SOLO-KEMPALAN: Permennya enak. Citarasanya unik. Sepertinya saya pernah merasakan sebelumnya. Tapi, lupa-lupa ingat. Permen apa ini? ‘’Ini permen yang bahan bakunya buah siwalan,’’ jelas dosen yang menjadi penjaga stand Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) di arena pameran De Colomadu, meramaikan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 di Solo.

Pantas saja permen itu rasanya seperti legen. Rupanya diolah dari buah siwalan. Legen adalah minuman dari nira siwalan, sejenis pohon kelapa yang menjadi tanaman endemik di kawasan Gresik hingga Rembang.

Legen kalau diolah lebih lanjut akan menjadi minuman beralkohol. Berbeda permen siwalan. Tidak bikin mabuk. Hanya membuat susah berhenti mengunyah.

BACA JUGA: Bawang Muktamar

Permen siwalan menjadi potensi baru bagi UKM Gresik yang lahir dari penelitian para dosen di kampus UMG. Selama ini, siwalan hanya dipasarkan dalam dua jenis: Legen yang diproses dari nira dan buah siwalayan segar yang kenyal-kenyal manis.

Daya tahan kedua produk itu pendek. Hanya bisa bertahan dalam hitungan hari. Permen membuat produk olahan buah siwalan bertahan hingga berbulan-bulan. Selain legen dan permen, ada juga kue kering untuk camilan. Bahannya juga dari buah siwalan. Cocok sebagai teman minum kopi.

BACA JUGA: Montir Muktamar

Meski sudah bisa dinikmati, produk-produk itu belum dijual. Masih pada tahap uji rasa. Para penggembira Muktamar ditargetkan sebagai tester.

‘’Bagaimana rasanya Pak? Apakah ada masukan?’’ tanya Bu Dosen.

BACA JUGA: Becak Muktamar

Saya menolak berkomentar. Sebab, jawaban saya bisa tidak fair. Sebab saya hanya mengenal dua rasa: Enak dan enak banget. Apalagi gratis!

Sebenarnya saya ingin berkeliling lagi ke ratusan stand lainnya. Apa daya dengkul saya sudah pegal-pegal. Tawaran dari Mas Andi, manager Kantor Layanan Lazismu Grobogan untuk pulang kampung langsung saya sambut gembira.

BACA JUGA: Kepompong Muktamar

Lumayan. Dapat tumpangan gratis. Pakai mobil baru pula: Wuling Confero S yang dibeli Lazismu dua pekan lalu.

Senin dini hari saya bisa kembali ke Jakarta naik kereta api dari Stasiun Ngrombo. Hanya lima menit dari rumah almarhum ibu saya.(*)

Editor: DAD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *