Khayelitsha Afsel yang Berbeda
KEMPALAN: INI Afrika Selatan yang lain. Afrika yang seperti selama ini tergambar secara umum: Hitam, keras, dan kumuh. Afrika yang miskin, Afrika yang seolah-olah tidak memiliki harapan. Dan Afrika yang terbelakang.
Khayelitsha, namanya, Kotapraja di Westren Cape, masih masuk ke dalam wilayah Cape Town, Afrika Selatan. Tapi, seolah-olah bukan bagian dari Cape Town itu sendiri.
Cape Town memiliki luas, empat kali lebih besar dari Jakarta.
Sekali lagi, jika kita melihat kota Cape Town, khususnya kota lama dan baru, maka kita melihat seluruh keindahan. Pemerintah kolonial Belanda yang datang di akhir tahun 1700-an, mulai membangun kota dengan arsitektur Holland yang indah.
Bentuk-bentuk rumahnya, susunan atau pembagian wilayahnya, taman-taman, perkebunan, semua menyerupai negara Belanda. Jika dicermati, sesungguhnya sama seperti di Jl. Gajah Mada dan Hayam Wuruk di Jakarta.
BACA JUGA: Montagu Bekas Jajahan Belanda dan Inggris yang Tetap Terjaga Hingga Saat Ini
Tahun 1989, ketika pertama kali saya ke Belanda diundang PSSI untuk meliput Pelatnas. Saya seperti dejavu. Seperti pernah ke Amsterdam, padahal itu adalah kali pertama.
“Bingung ya?” tanya Bang Zul, pengurus klub Pelita Jaya, klub milik Bang Nirwan Bakrie yang baru saja menjadi juara Galatama dan kebetulan diberi tanggung jawab di tim nasional.
Saya mengangguk. “Lu kan pernah berkantor di kota?” lanjut Bang Zul. “Nah, salah satu sudut Asterdam ini persis kayak Jl. Gajahmada-Hayam Wuruk,” katanya lagi.
Yaaaa ampun, betul juga.