Tak Siap Kalah, Residu Demokrasi Mengembangkan Fitnah untuk Menjatuhkan Kandidat Lain

waktu baca 4 menit
ILUSTRASI: Pemilihan Umum serentak 2024. ANTARA/HO-Abdullah Rifai.

KEMPALAN: DEMOKRASI adalah jalan yang kita pilih dalam memilih calon pemimpin. Kita meyakininya karena dengan jalan itu kita akan disuguhi sebuah kontestasi kepemimpinan yang sehat dan berkualitas. Sehingga siapapun yang terlibat maka akan menyiapkan gagasan program, narasi program yang menguntungkan rakyat dan sekaligus sebagai sandaran harapan untuk memperjuangkan nasib kita.

Menjelang pemilihan presiden dan kepala daerah, di sepuluh tahun terakhir ini kita disuguhi dengan banyaknya residu demokrasi.

Residu itu diproduksi tak hanya oleh mereka yang berpendidikan rendah, tapi juga bisa dilakukan oleh Partai Politik, Ormas, LSM dan kaum intelektual.

BACA JUGA: Dahsyat! Dengan Kebesaran Jiwa dan Hati, Anies Membuat para Pemilih Jokowi-Ahok Berpaling

Tapi setidaknya mereka para residu demokrasi adalah mereka yang menistakan diri mereka sebagai sampah peradaban.

Para penyebar residu demokrasi itu mengembangkan narasi – narasi bohong untuk menjatuhkan lawan dan bahkan tak jarang juga menggunakan instrumen kekuasaan dan hukum untuk menjatuhkan lawannya.

Sebagaimana yang disinyalir oleh Levitsky dan Ziblatt, bahwa demokrasi bisa mati karena kudeta—atau mati pelan-pelan.

Kematian itu bisa tak disadari ketika terjadi selangkah demi selangkah, dengan terpilihnya pemimpin otoriter, disalahgunakannya kekuasaan pemerintah, dan penindasan total atas oposisi.

Pemimpin otoriter, penyalahgunaan kekuasaan dan penindasan terhadap oposisi adalah praktek penyebaran residu demokrasi sebagaimana yang kita saksikan saat ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *