Lula da Silva

waktu baca 6 menit
Lula da Silva (Foto: Reuters/Mariana Greif)

KEMPALAN: POLITIK selalu penuh kejutan, dan kadang juga keajaiban. Tidak ada yang mustahil dalam politik. Apa saja bisa terjadi. Berbagai peristiwa yang mendekati mukjizat sering terjadi dalam politik. Terpilihnya Rishi Sunak sebagai perdana menteri Inggris keturunan Asia pertama adalah keajaiban. Sekarang, keajaiban yang kurang lebih sama terjadi di Brazil. Politisi gaek Luiz Inacio Lula da Silva, 77 tahun, mengalahkan petahana Jair Bolsonaro, 67 tahun, dalam pilpres dua putaran dengan selisih suara super tipis.

Kemenangan Lula da Silva ini disebut sebagai kebangkitan kedua, karena dia sudah pernah menjadi presiden dua periode pada 2003 sampai 2007. Ia kemudian dituduh terlibat korupsi dan dipenjara selama 18 bulan pada 2019. Tetapi, Silva berhasil bangkit dan memimpin perjuangan mengalahkan petahana yang kuat.

Hasil pemilu Brazil diumumkan akhir pekan lalu (31/10) dan diketahui bahwa Lula da Silva mengumpulkan suara 50,9 persen, sementara Bolsonaro meraup 49,1 persen. Selisih super tipis ini rawan gugatan dan sangat rentan terhadap penolakan. Apalagi, selama ini Bolsonaro dikenal sebagai politisi garis kanan pro-pemodal yang rada slebor.

BACA JUGA: Wahabisme

Tapi, itulah keajaiban politik. Petahana yang bergaya politik megalomania ternyata bisa dikalahkan oleh politisi yang lebih mendengarkan suara rakyat kecil. Dan, yang ajaib lagi, Bolsonaro tidak menunjukkan tanda-tanda perlawanan. Setelah dua hari menghilang dari publik dan tidak membuat pernyataan apa pun, Bolsonaro akhirnya membuat pernyataan resmi (2/11) dan secara tidak langsung mengakui kekalahannya.

Yang ajaib lagi, Bolsonaro sama sekali tidak menyebut nama Lula dan Silva dan tentu saja tidak memberikan ucapan selamat kepadanya. Beberapa pendukungnya membuat ulah dengan memblokade jalan raya dengan traktor. Tapi, Bolsonaro menyerukan kepada pendukungnya supaya menghentikan blokade.

Sebelumnya banyak pihak yang memprediksi pemilu Brazil akan berakhir ricuh. Penyebabnya, Bolsonaro sejak awal sudah gembar-gembor bahwa hasil pemilu sangat mudah dimanipulasi dan direkayasa. Ia mengintimidasi lawan-lawan politiknya dengan mengatakan tidak akan mengakui hasil pemilu kalau sampai dia kalah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *