Anies dan Puan, Dua Arus Besar Perubahan yang Mencemaskan Jokowi
KEMPALAN: KONSTELASI suksesi kepemimpinan dibeberapa negara mengalami perubahan perubahan yang cukup berarti meski ada yang masih tetap bertahan dengan gaya kepemimpinan lama dan orang lama.
Brazil dan Inggris memberi pelajaran bahwa kepemimpinan akan berpindah ketika pemerintah tak mampu lagi menawarkan sesuatu yang mensejahterakan rakyatnya. Sedang China sebagai negara Komunis menjalankan model kepemimpinan otoriter satu partai, Partai Komunis China, rakyat mengalami ketidak berdayaan melawan hegemoni negara, meski rakyat merasa tidak nyaman dengan pelayanan negara.
Kemampuan berubah atau tidak sangat dipengaruhi oleh kemampuan seseorang untuk melakukan hegemoni terhadap orang lain. Hegemoni dalam perspektif Gramsci dipahami sebagai hegemoni intelektual dan hegemoni kekerasan melalui aparatur.
Melalui konsepnya, Gramsci berpandangan bahwa kekuasaan agar abadi dan langgeng membutuhkan paling tidak dua hal perangkat kerja. Pertama, perangkat kerja yang melakukan tindakan kekerasan yang bersifat memaksa atau dengan kata lain kekuasaan membutuhkan perangkat kerja yang bernuansa law enforcement.
BACA JUGA: Jakarta Siap Siaplah! Habis Terang Kembali Gelap
Perangkat kerja yang pertama ini biasanya dilakukan oleh pranata negara melalui lembaga lembaga negara seperti hukum, militer, polisi dan bahkan penjara.
Kedua, adalah perangkat kerja yang mampu membujuk masyarakat beserta pranata pranata untuk taat pada mereka yang berkuasa melalui kehidupan beragama, pendidikan, kesenian dan bahkan juga keluarga (Heryanto, 1997).
Perangkat kerja ini biasanya dilakukan oleh pranata masyarakat sipil melalui lembaga lembaga masyarakat seperti LSM, organisasi sosial dan keagamaan, paguyuban – paguyuban dan kelompok – kelompok kepentingan.