KBA Newspaper yang Bikin Gregetan
KEMPALAN: Siang kemarin, Selasa/20 September, seorang kawan mengirim pesan lewat WhatsApp. Sapanya, “Bro, bisa kirim pdf KBA Newspaper?” Ia bertanya itu mungkin bersandar, bahwa saya sering menulis di KBA Online, lalu dianggapnya tahu soal yang ditanyanya itu. Untuk apa, tanya saya. Jawabnya sungguh menggetarkan hati, “Saya ingin cetak 5.000-10.000 eksemplar guna dibagi-bagi,” ujarnya.
Saya katakan, bahwa KBA Newspaper itu sudah sampai nomor penerbitan ke-8. “Tidak masalah. Saya akan cetak kesemuanya.” Bukan main semangat kawan satu ini. Bukan karena ia memang tajir melintir, tapi lebih pada semangatnya yang ingin berbagi bersama yang lainnya dengan kemampuannya. Kawan satu ini coba meninggalkan ilmu dagang yang serba kalkulatif, melihat kira-kira Anies Baswedan dapat tiket dicapreskan apa tidak. Setelah tiket didapat, baru memutuskan untuk membantu. Seolah tidak ingin ikut berkeringat, meski jika membantu itu pun tidak perlu sampai keringat bercucuran.
Saya tanya lagi penuh heran, mengapa _ujug-ujug_ ia mencari KBA Newspaper, dan bahkan ingin memperbanyaknya. Jawaban berikutnya, ini pun mencengangkan, ini sebenarnya bukan style kawan yang saya kenal cukup dekat. Jawabnya, ia lihat video singkat tentang ibu-ibu yang sepertinya itu di arena pasar, membagikan media itu. Itu yang menjadikannya mencari KBA Neswpaper, dan hanya mendapatkan nomor-nomor awal.
KBA Newspaper adalah media cetak yang diterbitkan KBA Online. Media ini dibuat tematik. Bicara tentang Anies Baswedan, tanpa mengusik pihak lainnya. Semacam mengenalkan Anies Baswedan lewat media cetak, yang formatnya dibuat mirip tabloid. Beberapa edisi yang masih tersimpan, bisa saya sampaikan di sini.
Edisi 01, lebih pada Takdir Anies. Mengurai reputasi Anies pribadi, baik nasional bahkan internasional. Edisi 02: Mengapa Harus Anies? Lebih mengurai reputasi dan prestasi Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta. (Maaf edisi 03 dan 04 saya tidak menyimpannya). Sedang Edisi 05: Anies Titisan Pejuang. Ini tentang keluarga Anies. Sang Kakek yang Pahlawan Nasional, AR Baswedan, juga dikisahkan cukup ditail. Warisan sang kakek yang menitis pada Anies dalam banyak hal, utamanya penghormatan atas kesetaraan sosial.
Edisi 06: Merawat Persatuan. Mengupas kebijakan Anies membangun kesetaraan, keadilan dan persatuan di DKI Jakarta. Muncul testimoni berbagai pemuka agama dan ulama, memuji Anies dalam membangun kerukunan antarumat beragama. Termasuk kebijakan dahsyat berkenaan dengan BOTI (Bantuan Operasional Tempat Ibadah), dan itu kebijakan pertama dalam sejarah DKI dan bahkan nasional. Di mana tempat ibadah besar dan kecil sekalipun, semua yang terlibat bekerja di situ, mendapat bantuan finansial.
Edisi 07: tentang Kebijakan Sosial Anies yang meringankan beban hidup warga DKI Jakarta. Edisi 08: tentang Anies Anak Guru, dan berbagai kebijakan pendidikan yang mengayomi semua.
Tidak semua edisi KBA Newspaper masih tersimpan. Tapi setidaknya dari yang dibagi, bisa dilihat bagaimana media itu mengulas secara tematik, dan itu tentang Anies Baswedan dengan segala hal yang dikerjakan, yang bisa diungkap.
KBA Newspaper, jelas media informasi tentang Anies Baswedan. Tidak sedikit pun isinya menyebut apalagi menjelek-jelekkan pihak lain yang digosok-gosok menjadi calon presiden (capres). KBA Newspaper dikemas dengan apik, layout nya berkelas, tampil artistik. Tampil tidak asal-asalan, dipersiapkan seperti layaknya media komersial.
Blessing in Disguise
Sejak siang kemarin setidaknya beberapa media nasional, utamanya media sosial, ramai-ramai memberitakan KBA Newspaper masuk masjid. Dibagikan saat sholat Jumat, itu ditemukan di salah satu masjid di kota Malang, Jawa Timur. Diedarkan entah oleh siapa–bisa oleh siapa saja yang punya misi berkebalikan, dan itu untuk mengesankan masjid kok dipakai sebagai arena kampanye–itu sih lagu lama yang coba diputar ulang.
Beritanya menjadi viral. Diramaikan oleh Sutiaji, Walikota Malang, yang “marah” dengan beredarnya media yang dianggap sebagai “corong” Anies. Ia meminta agar masjid dan rumah ibadah tidak jadi ajang kampanye. Walikota Sutiaji “marah”, pastilah ia belum baca isinya. Hanya reaktif saja. Maka kesan yang muncul, ia sedang menarik soal itu pada politik.
Mempolitisasi media KBA Newspaper untuk menstigma Anies dengan negatif, itu sepertinya gak ngefek. Justru blessing in disguise, berkah tersendiri. Banyak yang justru penasaran, mencari dan ingin memiliki media itu.
Karena bukan media fitnah, atau apalagi black campaign, maka sah-sah saja jika KBA Newspaper disebar di tempat ibadah sekalipun. Tidak bisa disebut kurang etis, atau apalagi dianggap salah, menyebar informasi kebaikan, dan itu tentang Anies Baswedan–sosok lain yang digadang sebagai pemimpin berikutnya pengganti Presiden Joko Widodo– dengan segala pernak-pernik yang sudah dikerjakannya di Jakarta. Baik pula jika pihak lain juga membuat media atau semacamnya, yang bisa menampakkan kerja-kerja sosok yang digadangnya untuk berkontestasi dalam Pilpres 2024.
Terpenting tidak saling menjatuhkan pihak lain, itu sah-sah saja. Itu upaya sistemik memberi pemahaman utuh pada publik, agar hanya memilih pemimpin yang sarat dengan prestasi yang sudah dibuatnya. Tapi coba disembunyikan, bahkan dibuat sebaliknya oleh influencer yang dibayar oleh mereka yang tidak siap bersaing sehat. Media semacam KBA Newspaper dituntut jadi “pusat kebaikan” guna menghadirkan pemimpin negeri berkualitas. Bisa jadi itu misi yang dibidik KBA Newspaper–tentunya yang juga jadi pilihan kerja induknya KBA Online.
Maka, tidaklah perlu disikapi berlebihan hadirnya media “pencerah” seperti itu, jika tidak ingin justru jadi berkah tersendiri untuk diburu-dicari. Publik memang mesti terus dicerdaskan, KBA Newspaper akan terus dinantikan untuk misi besar itu. Dan, untuk sementara KBA Newspaper memang mampu bikin gregetan, meski itu tak diniatkan. (*)