Semua Akan Anies Pada Waktunya
KEMPALAN: Hal biasa saja jika pada awalnya seperti berjarak. Sengaja untuk sementara dibuat berjarak, itu bagian dari strategi setiap partai politik memilih calon yang akan diusungnya. Apalagi mengusung calon presiden (capres), tentu diukur dengan matang kapan waktu yang tepat.
Tidak cukup waktu yang tepat, tapi juga hitung-hitungan lain yang menyertai. Biasa juga itu disebut deal-deal politik. Setelah semuanya memenuhi syarat–bukan sekadar syarat untuk dipilih–lebih pada apa yang diharapkan partai pengusung pada calon yang akan dipilihnya. Bisa berupa mahar, janji dapat apa nantinya jika terpilih dan seterusnya.
Semakin rendah tingkat keterpilihan calon yang akan diusung, mahar yang dikeluarkan akan semakin besar nilai nominalnya. Sebaliknya pada nama-nama tertentu, iru bisa diusung disamping elektabilitasnya cukup, juga diharapkan bisa menang. Pihak ketiga muncul dengan pendanaan tidak kecil, guna mengatrol nama calon yang dijagokan agar elektabilitasnya bisa lebih tinggi. Jasa lembaga surveiRp dihadirkan.
Anies Baswedan menjadi calon presiden yang sudah masuk dalam radar pilihan berbagai partai politik. Setidaknya ketertarikan berbagai partai politik mencalonkannya itu sudah terpampang nyata, bukan rahasia umum lagi. Memang belum sampai dinyatakan secara resmi partai bersangkutan. Semua menunggu momen yang pas. Tentu pembicaraan antarpartai (koalisi) yang akan mengusungnya, masih terus diikhitiarkan.
Anies tidak memiliki partai, tidak seperti Prabowo Subianto (Gerindra). Anies pun bukan bagian dari sebuah partai politik, seperti Ganjar Pranowo (PDI-P). Anies tidak berpartai, atau pernah bergabung dengan partai tertentu. Bahkan Anies tidak bisa disebut bagian dari ormas tertentu, atau pernah aktif di Ormas tertentu.
Anies serba terbatas, itu jika dilihat mata dengan pandangan biasa. Justru disitulah kekuatan Anies yang utama. Anies bisa ada di mana-mana. Menjadi bisa dimiliki bersama. Anies menjadi tidak terkooptasi sempit partai/ormas tertentu. Anies muncul sebagai pemimpin unik, nyaris saat ini tidak ada yang menyamainya.
Anies hanya memiliki apa yang disehut integritas, yang sulit disamai mereka yang menggadang-gadangkan diri menjadi presiden. Sebagai Gubernur DKI Jakarta, kerja-kerja Anies sangat terukur, dan itu terpampang nyata. Semua janji kampanye saat maju sebagai calon gubernur, satu per-satu ditunaikan. Integritas Anies itu menjual.
Karenanya menjadi pantas jika partai-partai tertentu ingin mengusungnya. Itu bersandar pada karya yang sudah dihasilkan, dan berharap itu bisa ditransformasikan lebih luas lagi, jika ia terpilih memimpin negeri ini. Itu yang menyebabkan elektabilitas Anies tinggi, meski tanpa dipoles dengan berbagai cara.
Elektabilitas seorang Anies Baswedan, itu diawali oleh karya-karya yang dihasilkan. Dan itu membuahkan penghargaan dari berbagai lrmbaga, baik nasional maupun internasional. Tak terhitung jumlahnya. Itulah yang disebut kerja intelektualitas–gagasan, narasi, karya.
Pantas jika disebut, bahwa intelektualitas seorang Anies Baswedan itu mendahului elektabitasnya. Bukan elektabilitas yang dimunculkan tanpa dimulai “awalan” kerja-kerja terukur. Elektabilitas yang hanya dimunculkan tanpa latar belakang berbagai karya, itu pastilah lebih pada pencitraan. Itu pepesan kosong.
Pilihan partai politik mengusung Anies dengan parameter yang dipunyainya, itu tinggal tunggu waktu yang tepat. Deklarasi bisa diakhir-akhir masa jabatannya selaku Gubernur DKI Jakarta, atau setelah ia purna tugas (16 Oktober 2022). Silahkan saja dipilih waktu yang tepat untuk itu, tentu dengan hutungan-hitungannya sendiri. Dan, pada akhirnya semua akan Anies pada waktunya. (*)