Makin Terdesak, Zelenskyy ingin Bertemu Xi Jinping untuk Bantu Akhiri Konflik Rusia-Ukraina
KYIV-KEMPALAN: Presiden Ukraina yaitu Zelenskyy pada saat ini meminta untuk dapat berdialog dengan Presiden Tiongkok yaitu Xi Jinping. Tujuan utamanya adalah meminta bantuan Tiongkok untuk menggunakan kekuatan politik dan ekonominya untuk dapat mengakhiri konflik Rusia-Ukraina—yang hingga saat ini masih berlangsung.
Dalam wawancara ekslusif di media South China Morning Post (SCMP) yang rilis pada Kamis (4/8), disebutkan bahwa ia telah meminta untuk dapat berdialog secara langsung dengan Presiden Xi Jinping sejak awal konflik berjalan pada 24 Februari silam.
Namun hingga saat ini, kedua pemimpin negara tersebut masih belum bertemu.
“Saya ingin berbicara secara langsung. Terakhir kami berdialog adalah pada tahun lalu” ucap Zelenskyy, melansir dari SCMP.
“Ketika Rusia melancarakan serangan pada 24 Februari silam, kami sudah meminta secara legal dan formal untuk dapat berdialog—namun hingga saat ini belum terjadi. Namun kami yakini bahwa dialog dengan Tiongkok akan sangat berguna” ucap tambah Zelenskyy.
Zelenskyy menyadari dan mengerti bahwa Tiongkok memang ingin bertindak ‘Netral’ terhadap konflik yang terjadi, namun presiden Ukraina tersebut meminta pihak Tiongkok menyadari bahwa konflik tersebut disebabkan oleh Rusia.
“Rusia adalah penjajah. Ini adalah peperangan di teritori kami. Mereka datang untuk menjajah. Tiongkok, sebagai negara besar dan kuat, bisa membantu untuk mendesak Rusia. Kami ingin Tiongkok mengkaji kembali pandangannya terhadap tindakan Rusia di negara kami” ucap Zelenskyy.
Ia juga mendesak Tiongkok—yang pada saat ini berada dalam DK PBB untuk dapat menjaga dan menegakkan norma internasional.
Tiongkok, kawan terbaik Rusia hingga saat ini masih belum mengemukakan pendapatnya untuk ‘Menyesali’ dan ‘Mencela’ tindakan Rusia di Ukraina.
Bahkan, ketika Ukraina dan negara Barat lainnya menyebutkan bahwa tindakan Rusia merupakan sebuah agresi perang, namun Tiongkok menyatakan bahwa NATO yang menjadi pelaku utama karena melakukan ekspansi di Eropa Timur.
Kemudian ketika dalam sebuah pertemuan KTT, Presiden Xi Jinping hanya berfokus pada isu kemanusiaan saja—tanpa adanya indikasi untuk mengakhiri konflik tersebut.
Tiongkok juga saat ini masih selalu ‘Abstain’ dalam semua voting yang diadakan oleh DK PBB atau Sidang Majelis Umum PBB untuk mendesak Rusia menghentikan konflik.
Apakah Tiongkok akan tergerak untuk membantu menghentikan konflik, setelah disadarkan oleh Zelenskyy?
(Aljazeera/SCMP, Muhamad Nurilham)
