Makin Parah, Inflasi Turkiye Tembus Hampir 80% di Bulan Juli
ANKARA-KEMPALAN: Inflasi Turkiye pada saat ini naik secara drastis dari sebelumnya 73,2% menjadi 79,6% pada bulan Juli. Tingkat inflasi ini kemudian menjadi yang terparah sejak 24 tahun terakhir.
Pada saat ini, karena inflasi yang tinggi, mata uang Turkiye yaitu Lira berada dalam titik yang sangat rendah.
Tingkatan inflasi Turkiye pada saat ini hampir menyentuh rekor tertinggi—yaitu pada tahun 1998 dimana inflasi mencapai 80,4%.
Padahal, Turkiye juga harus mengimbangi harga energi yang saat ini sedang melambung secara drastis.
Komoditas utama pun juga semakin tinggi—yang kemudian membuat harga barang-barang yang ada di Turkiye menjadi semakin mahal.
Secara ringkas, inflasi di Turkiye terjadi pada bulan Gugur lalu setelah adanya kebijakan Bank Sentral Turkiye yang memangkas suku bunga hingga 500 poin menjadi 14%.
Mata uangnya pun langsung tersungkur.
Terlebih lagi dengan adanya konflik Rusia-Ukraina yang membuat Lira menjadi semakin terjatuh.
Mata uang Turkiye tersebut melemah sebanyak 44% terhadap Dollar AS dan kemudian turun lagi 27% hanya karena konflik Rusia-Ukraina.
Yang menjadi korban utama dalam kasus inflasi besar ini adalah rakyat Turkiye.
Harga di sektor transportasi naik hingga 119,1%–sedangkan harga di sektor makanan dan minuman naik hingga 94,65%.
Pemerintah Turkiye mengatakan sudah mulai melaksanakan program untuk meredakan inflasi yang terjadi.
Industri produksi dan juga ekspor sudah mulai menjadi prioritas utama ekonomi demi mencapai surplus perdagangan internasional.
Namun, tetap saja, berdasarkan prakiraan oleh analis, melansir dari Aljazeera, disebutkan bahwa setidaknya inflasi di Turkiye pada saat ini bisa menyentuh ke angka hampir 90%.
Apakah Erdogan bisa mengatasi krisis inflasi di negaranya sendiri?
(Aljazeera, Muhamad Nurilham)
