Analis: Macron Akan Lebih Keras ke Rusia
PARIS-KEMPALAN: Kemenangan Macron pada pemilu Prancis tahun 2022 yang kemudian menjabat kedua kalinya diperkirakan akan lebih mengadopsi kebijakan yang agresif kepada Rusia.
Macron menang dalam pemilu Prancis setelah mengalahkan rival beratnya yaitu Marine Le Pen dengan mengamankan 58,6% suara.
Macron akan mengadopsi kebijakan yang lebih mengedepankan integrasi Eropa dan kemudian akan lebih agresif kepada Rusia pada saat ini.
Hal tersebut dikatakan oleh analis bernama Samuel Ramani yang merupakan bagian dari Royal United Services Institute (RUSI).
Pada awalan, ia mengatakan bahwa Macron akan lebih berupaya dalam bertindak—tidak lagi hanya dalam retorikanya saja.
Terlebih lagi setelah menang dari pertarungan besar melawan Marine Le Pen—yang sangat dekat dengan Putin, Macron akan menggunakan semua tenaganya untuk bertindak sebaliknya dari Le Pen.
Seperti misalnya adalah Macron akan mengirim Artileri Beratnya serta 100 Juta Euro ke Ukraina dalam waktu paling lambat dua bulan.
Setelah itu, ketika tekanan pemilu telah usia, analis tersebut mengatakan bahwa Macron akan dengan bebas bertindak keras kepada Rusia.
Hal tersebut akan bisa dilihat nantinya karena Prancis menjadi ketua rotasi dari Uni Eropa—yang kemudian akan membuat NATO dan Uni Eropa juga akan semakin keras kepada Rusia.
“Dalam kampanyenya, Macron sangat ingin untuk menjaga integrasi Eropa—dan konflik Rusia-Ukraina pada sat ini menjadi awalan untuk membuktikannya” ucap analis tersebut.
Kemudian Prancis juga tidak segan-segan melakukan embargo minyak Rusia—karena Prancis menjadi negara di Eropa yang paling tidak bergantung kepada minyak Rusia.
Namun, akan sulit untuk mencapai konsensus dalam permasalahan minyak karena negara-negara Eropa lainnya masih mengandalkan minyak Rusia.
Konflik Rusia-Ukraina akan menjadi tempat bertarung Macron untuk membuktikannya sebagai pemimpin Eropa terbaik.
(Muhamad Nurilham, Aljazeera)