Idul Fitri: Hari Kembali Sarapan Pagi

waktu baca 3 menit
Ilustrasi ketupat yang marak pada hari Idul Fitri. (Mufid Majnun-Unsplash)

Kholid A. Harras

Ketua PC Al-Irsyad Al-Islamiyyah Kota Bandung

KEMPALAN: Selama ini banyak orang  yang salah paham memaknai frasa ‘Idul Fitri’. Kata ‘Ied’diartikan ‘kembali’ dan kata kata ‘fitri’,  dianggap berasal dari kata ‘FITHROH’ (dengan ha marbuthoh) yang artinya ‘asal’ atau ‘suci’ atau ‘bersih’. Jadi kata ‘Idul fitri’ diartikan ‘kembali ke asal kita yang bersih/suci’. Argumentasi fiqihnya, karena orang yang berpuasa oleh Allah dijanjikan akan diampuni seluruh dosa-dosanya, sehingga pada tanggal 1 syawal tersebut dirinya ibarat bayi yang suci dari segala dosa.

Pemahaman yang seperti itu jika dilihat secara etimologi tidaklah  tepat. Kata ‘fitri’ pada frasa ‘Iedul Fitri’ bukan berasal dari ‘FITHROH’ tetapi dari kata ‘FITHR’ (fathoro-yafthuru-ifthor) yang artinya ‘berbuka’. Jadi frasa ‘Idul fitri’ artinya ‘kembali berbuka’. Maksudnya, kembali seorang yang tadinya berpuasa pada tanggal 1 Syawal  diperbolehkan melakukan makan-minum alias sarapan pagi. Atau dalam Bahasa Arab disebut ‘future’.

Karena salah satu sifat bahasa manasuka, kedua pemaknaan tersebut tentu saja sah dan boleh-boleh aja. Walaupun demikian, kalau direnungkan lebih dalam pemaknaan Idul Fitri versi pertama, yakni kembali menjadi manusia yang suci, sesungguhnya sangat berat dan spekulatif. Betulkah puasa Ramadhan yang kita lakukan selama satu bulan diterima oleh Allah SWT, sehingga menggugurkan dosa-dosa pelakunya serta mengantarkanya menjadi manusia-manusia yang suci laksana seorang bayi yang baru dilahirkan? Padahal Rasulullah saw.menengarai melalui sabdanya, bahwa sungguh banyak orang yang berpuasa, tetapi karena tidak dilakukan dengan keimanan dan kesungguhan, maka yang bakal dia peroleh hanyalah rasa lapar dan dahaga saja. Jadi persoalan diterima tidaknya amalan puasa ramadhan seorang hamba benar-benar hanya Allah saja yang mengetahuinya.

Atas dasar karena puasa ramadhan seseorang belum tentu diterima oleh Allah inilah, maka redaksi ucapan tahniah yang dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah  saat salng bersua antarsesamanya  di hari Iedul Fitri antara lain:  ‘Taqobalallahu minna waminka (waminkum), waja’alana minal adin wal faizin”, yang artinya “Semoga Allah menerima amaliyah ramadhan saya dan ramdhan anda/kalian, dengan demikian kita akan menjadi orang yang kembali (kpd agama) dan orang yang berbahagia karena telah beroleh kemenangan”.

Sedangkan pada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *