Prof. Rajab: Fenomena Anies Saat Ini Seperti Jokowi Dulu
JAKARTA–KEMPALAN: Sambutan masyarakat yang luar biasa terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ketika berkunjung ke daerah-daerah, terutama saat mengisi ceramah tarawih di Masjid Kampus UGM Yogyakarta pada Kamis malam lalu seperti mengulangi fenomena Presiden Joko Widodo di awal-awal muncul ke pentas politik nasional.
“Itu mungkin mengingatkan kita pada fenomena Jokowi di awal-awal manggung. Fenomena itu saya melihatnya dimiliki Anies saat ini,” ujar Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma, Prof. Rajab Ritonga, kepada KBA News Minggu, 10 April 2022.
Meskipun menurutnya, gaya komunikasi politik keduanya berbeda. Jokowi dielu-elukan masyarakat dan menjadi media darling ketika itu karena dianggap sebagai pemimpin yang langsung turun ke lapangan. Hal itu terlihat misalnya dengan gaya blusukan Jokowi, salah satunya bahkan sampai masuk ke gorong-gorong.
“Dia (Anies) berbeda dengan Jokowi yang mengedepankan komunikasi politik blusukan di awal-awal. Anies kan tidak blusukan. Dalam pengertian, (Anies) tidak membuat satu bentuk komunikasi politik yang bermuara pada pencitraan. Anies kan tidak merekayasa. Dia berjalan apa adanya,” imbuhnya.
Gaya komunikasi politik Anies juga berbeda dengan Basuki T. Purnama. Gaya komunikasi Gubernur DKI Jakarta pengganti Jokowi yang akrab disapa Ahok tersebut kerap menyulut kontroversi di tengah masyarakat.
“Kalau kita bandingkan gaya komunikasi politik Anies dengan Ahok, kan berbeda jauh. Nyaris tidak ada persoalan-persoalan yang mengharu biru Jakarta selama Anies jadi gubernur. Anies memimpin Jakarta dengan gaya kepemimpinan yang mengedepankan kebersamaan,” papar Prof. Rajab.
Selain itu, gegap gempita sambutan masyarakat terhadap Anies juga berkelindan dengan sejumlah isu yang muncul belakangan ini. Misalnya isu penundaan pemilihan umum dan perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode yang membuka peluang bagi Jokowi untuk tetap memimpin Indonesia pasca 2024.
“Persoalannya, (masa jabatan) Anies akan berakhir tahun ini. Jadi kontradiksi. Yang satu minta diperpanjang, satu berhenti. Menarik juga fenomena ini,” ungkapnya.
Belum lagi momentumnya bertemu dengan sejumlah persoalan yang mencuat dan mendapat sorotan masyarakat luas. Misalnya, kelangkaan minyak goreng, kenaikan harga berbagai komoditas termasuk kenaikan tarif pajak dan jalan tol.
Di antara tokoh-tokoh yang menjadi penceramah di Masjid Kampus UGM, Anies dianggap sebagai sosok calon pemimpin nasional yang bisa mengatasi persoalan-persoalan tersebut.
“Semuanya bertemu dalam satu kondisi yang membuat orang banyak pilihan, hadir enam (penceramah), tetapi kan Anies yang menjadi sorotan. Saya sih melihatnya sesedarhana itu,” urai jebolan S1 UGM dan S2-S3 UI dalam bidang Ilmu Komunikasi ini.
Meskipun dia mengakui besarnya sambutan masyarakat dan juga tingginya viewer ceramah Anies di Youtube Masjid Kampus UGM belum bisa dianggap mewakili rakyat Indonesia secara keseluruhan. “Tentu saja juga ini masih harus diuji kelanjutannya. Kan masih ada dua tahun (menuju Pilpres 2024),” demikian Prof. Rajab Ritonga.
Sebagaimana diketahui, selain besarnya sambutan masyarakat secara langsung, yang menyaksikan ceramah Anies melalui Youtube Masjid Kampus UGM juga tertinggi di antara semua penceramah lainnya. Seperti dilihat KBA News sesaat lalu, Anies mencapai 98 ribu viewer. Jauh di atas penonton ceramah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (15 ribu viewer) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (16 ribu viewer) yang berturut-turut tampil sebelum Anies.
Selain ketiganya, juga tampil tiga penceramah pada malam-malam sebelumnya, yang secara berturut-turut yaitu Rektor UGM Panut Mulyono, Menko Polhukam Mahfud MD, dan mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. (kba)
Editor: Freddy Mutiara