Ditanya Jumlah SD di Sumenep, Kadisdik Agus Belepotan

waktu baca 3 menit
Kadisdik Sumenep Agus Dwi Saputra saat menemui ratusan demonstran dari aktivis PMII Komisariat STKIP Sumenep, Selasa siang.

SUMENEP-KEMPALAN-Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep Agus Dwi Saputra menemui para demonstran dari aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) STKIP PGRI Sumenep, Selasa siang (11/1/2022).

Saat menjawab pertanyaan aktivis mahasiswa itu, tiba-tiba Koorlap aksi Nur Hayat bertanya jumlah SD di Kabupaten Sumenep.

“Ada berapa sekolah dasar di Kabupaten Sumenep. Begitu saja dulu,” tanya Nur Hayat.

Karuan saja, pertanyaan Koorlap aksi bikin belepotan Kadisdik Agus yang baru dilantik 31 Desember lalu.

Di depan mahasiswa STKIP, Kadisdik Agus menyampaikan bahwa dirinya baru pagi tadi jam 7 rapat dengan staf. Dalihnya data base kurang bagus. Perlu diperbaiki.

Karena jawaban Kadis Agus belum menyebut angka SD yang diminta, peserta aksi yang lain menyela dengan komentar mundur.

Nur Hayat menimpali dengan pertanyaan, “Data SD saja, berapa. Tak perlu Data SMP atau PAUD,” kata Nur Hayat.

Suasana sempat tegang. Tak berlangsung lama Kadisdik Agus bisa menteralisir dengan menjelaskan terkait berbagai aspirasi demonstran.

Sebelum tiba di kantor Disdik. Ratusan mahasiswa STKIP itu secara tertib menaiki sepeda dan pikap menuju kantor Dinas Pendidikan yang berlokasi di JL Dr Cipto.

Saat tiba di halaman kantor Disdik, beragam aspirasi terkait komitmen peningkatan kualitas pendidikan disampaikan para mahasiswa.

Di tengah aspirasi itu, Nur Hayat menuntut Kadisdik Agus mundur dari jabatannya.

Usai aksi, Nur Hayat kepada awak media menyebut Agus Dwi Saputra tidak mampu memberi jawaban yang pasti soal komitmen membawa kualitas dunia pendidikan di KabupatenSumenep.

“Hanya ditanya soal jumlah sekolah dasar (SD) saja tidak tahu, apalagi menjawab dan menyelesaikan persoalan yang lebih kompleks,” terang Nur Hayat.

Selain itu, Agus juga dinilai minim pengalaman di bidang pendidikan. “Dalam aturan kan jelas bahwa Kadisdik itu minimal punya pengalaman, tapi Agus ini tidak punya,” tambah Nur Hayat.

Nur Hayat menjelaskan, disparitas pendidikan antara kepulauan dan daratan di Sumenep merupakan persoalan utama yang tidak kunjung selesai selama berpuluh tahun.

“Kami sering melakukan kajian, ternyata mahasiswa asal kepualaun banyak mengeluh dan menggambarkan bagaiman pendidikan di sana,” jelasnya.

Salah satu masalah pendidikan di kepulauan yang disampaikan mahasiswa adalah mengenai buku ajar yang tidak pernah diganti setiap tahun ajaran baru.

Sementara itu, Kadisdik Sumenep Agus Dwi Saputra mengakui bahwa dirinya  belum mengetahui secara rinci persoalan pendidikan yang ada di Kabupaten Sumenep. Termasuk jumlah SD yang diminta mahasiswa aksi.

Agus menyatakan apa adanya belum mengetahui pasti jumlah sekolah semua jenjang yang ada di bawah naungan instansinya biar tak dinilai macam-macam.

“Saya tidak mau menjawab asal, makanya tadi saya jawab tidak tahu. Karena kita masih perbaiki database, data itu harus kredibel tidak boleh asal jawab,” urai Agus saat diwawancarai media pasca demo.

Agus secara tegas juga menyatakan akan bekerja sesuai keinginan Bupati Sumenep untuk menciptakan kualitas pendidikan Sumenep dengan SDM unggul. Kendati demikian,mewujudkan itu, kata Agus, tidaklah mudah.

“Makanya saya di sini bentuk tim, kalau sendirian saya tidak bisa,” kata Agus.

Agus minta kesempatan untuk bekerja membuktikan bagaimana kinerjanya dalam membenahi pendidikan di Sumenep kendati dirinya dinilai minim pengalaman.

“Kita buktikan saja. saya tidak akan mundur. Kalau saya dinilai tidak mampu biar Bupati copot jabatan saya,” pungkas Agus. (ham)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *