In Memoriam: Bens Leo, Wartawan Berpembawaan Tenang dengan Wajah Selalu Berhias Senyum

waktu baca 5 menit
Benedictus Benny Hadi Utomo alias Bens Leo.

Ilham Bintang

Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat

KEMPALAN: “Dia lelah, kelelahan sekali. Dua pekan sebelum terdeteksi tertular Covid19, aktifitasnya padat sekali” ungkap dr Pauline Endang Praptini, istri mendiang wartawan senior Bens Leo (69). Dokter gizi itu menceritakan runut aktifitas padat dua minggu terakhir sebelum suaminya masuk RS hingga jiwanya tak tertolong. Kidah itu disampaikan ketika saya hubungi Senin (29/11) malam. Ia juga tegas membantah kabar yang sempat beredar seakan keluarganya kesulitaan membayar biaya RS.

“Saya pastikan itu hoax. RS gratis kok untuk penanganan pasien Covid-19,” jelasnya.

Bens Leo meninggal dunia Senin (29/11) pukul 08 24 WIB setelah menjalani perawatan lebih kurang 20 hari di RS Fatmawati. Meninggalkan istri dan seorang anak semata wayang bernama Georgius Addo Gustaf Putera atau Edo. Serta beberapa anak angkat. Ada pelajaran berharga dari kisah mendiang agar kita selalu waspada menghadapi pandemi. Bens sudah menjalani dua kali vaksin saat terinfeksi Covid19.

“Penanganan medisnya sudah optimal. Sempat mendapatkan plasma konsevalen juga. Dua hari terakhir dengan bantuan ventilator. Tapi Tuhan berkehendak lain. Saya ikhlas” papar Pauline

Bens Leo, atau Benediktus Hadi Utomo lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 8 Agustus 1952. Ia tak sengaja menjadi wartawan. Semula ia mau menjadi penerbang. Namun, kelak dia menjadi wartawan terkenal dan salah satu pengamat musik penting Indonesia. Posisi itu yang membuatnya sulit menghindari aktifitas fisik, padahal usia sudah lanjut, sangat rentan di masa pandemi.

Ambon, Solo, Papua

Akhir bulan Oktober, Bens terbang ke Ambon atas uandangan walikota. Sehari setelah kembali di Jakarta, Bens terbang lagi ke Timika, Papua, untuk menjadi juri lomba paduan suara gereja, lomba lagu-lagu rohani. Ia hampir sepekan di sana. Dari 1 sampai 6 November.

Sehari setelah tiba di Jakarta, ia pun berangkat ke Solo lewat jalan darat. Berangkat pagi tiba sore. Tanpa istirahat, di Solo sore itu juga langsung bergabung dalam kegiatan Festival Musik Kroncong sampai tengah malam. Esok pagi, sambung melayani wawancara dengan beberapa wartawan.

“Sebenarnya, saya sudah mulai mencemaskan kesehatannya. Saya ikut mengantar dia ke Solo. Tapi Mas Bens susah diminta istirahat. Dia selalu bilang, badan itu nggak boleh dimanjakan. ,” kisah Pauline.

Pulang dari Solo, Bens mulai merasakan gejala batuk-batuk. Demam juga. Ia masih tenang saja. Menganggap itu hal biasa. Tapi dia menurut ketika diajak istrinya kontrol ke RS Mayapada. Dalam kesempatan itu Pauline menganjurkan sekalian tes Swab PCR. Nah! Hasil tes swab PCR yang dikirim keesokan harinya mendeteksi dia positif Covid19.

Bens kemudian diioname di RS Fatmawati. Pauline dan putranya ikut swab PCR. Hasilnya Pauline positif, sedangkan putranya negatif. Pauline lalu menyusul suami dirawat di RS. Esok harinya.

“Saya dan Mas Bens akhirnya satu RS, cuma beda kamar. Baru setelah kondisi Mas Bens membaik, kami pun sekamar, ” cerita Pauline.

Di RS pun Bens masih melayani tawaran menjadi juri, diatur lewat aplikasi Zoom meeting. Tapi Bens keburu drop, sehingga Zoom meeting itu batal.

“Orangnya sulit mengatakan tidak. Tidak mau mengecewakan orang. Sebelum dia drop itu, masih sempat mengurusi transfer uang ke beberapa anak angkatnya,” sambung Pauline.

Fiat 850 sport…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *