Bergaul dan Tetap Istiqomah Bersama Islam

waktu baca 5 menit
Ilustrasi. (Unsplash)

Hamid Abud Attamimi

Aktivis Dakwah dan Pendidikan, tinggal di Cirebon

KEMPALAN: Pergaulan adalah sebuah keniscayaan, itulah Fithrah sebagai insan yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segala kelengkapannya. Pergaulan selalu harus dimaknai adanya interaksi, dari mulai hal yang paling sederhana semisal senyum, saling sapa, sampai bentuk-bentuk komunikasi lainnya dalam persahabatan, keluarga, usaha, sejawat serta berbangsa dan bernegara.

Rumitkah menjalaninya?

Ini tentang cara pandang, sesuatu jika sejak awal dipandang sebagai masalah dan mengandung kerumitan, maka apa yang kemudian ditemukan dan dijalani selalu bermuara pada kumpulan soal tak berjawab dan benang kusut. Maka, mulailah segala sesuatu dengan pikiran jernih dan harapan yang penuh kebaikan. Tak semua yang kita temui akan sesuai harapan, tetapi banyak kemungkinan dan hal-hal baik di luar sana.

Bukankah ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Adam Alaihi Salam, Dia pula Yang Maha Mengetahui tentang kebutuhannya pada sosok yang memungkinkan dia maksimal menggunakan fungsi indrawinya. Sebagai Khalifah di muka bumi, hendaklah ia mengenal tentang segala potensi yang melekat pada dirinya, menggunakan sesuai dengan Amanah yang diembannya dan pada akhirnya tak lain akan membuktikan bahwa dia tak merendahkan dirinya, yaitu karena mampu menunaikan kewajiban sesuai tugas dan kewenangan.

وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَكُمْ خَلٰۤىِٕفَ الْاَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْۗ اِنَّ رَبَّكَ سَرِيْعُ الْعِقَابِۖ وَاِنَّهٗ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di Bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman, dan sungguh Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.(Q.S.Al An-Aam, ayat 165)

Maka sesuatu yang semestinya tak terbantahkan adalah, bahwa kehidupan manusia dengan segala pernak-perniknya hanya akan mampu menciptakan keseimbangan, harmoni dan keadilan jika bersandarkan pada Syariat-Nya.

Apa yang sering kita saksikan dan kita tengarai sebagai ketimpangan dalam pergaulan sehari-hari justru terjadi karena sebagai manusia, kemudian merasa jumawa dengan menganggap dirinya serba tau dan serba bisa semata dengan mengandalkan akal pikiran serta hawa nafsunya.

Bagaimana mungkin mereka bisa merasa dan meyakini demikian, padahal pada apa-apa yang ada pada dirinya pun mereka tak mampu mengendalikan sepenuhnya, mampukah ia mengatur detak jantungnya, atau bulu alis mata dan rambut hidungnya agar tumbuh terus?

Ego-ego seperti inilah yang pada gilirannya akan menumbuhkan pribadi yang gagal memahami sesama karena tak mampu bahkan untuk memahami dirinya sendiri.

Pergaulan bagi pribadi-pribadi hipokrit seperti ini cuma dipandang satu arah, yang terpenting menghadirkan dirinya, dan karenanya pengakuan dan penghargaan pun dimaknai sangat sumir, yaitu ketaatan dan kepatuhan total, tanpa kesempatan untuk berdialog atau bahkan sekedar bertanya.

Dapatkah dibayangkan jika dari pribadi-pribadi demikian terlahir seorang ‘pemimpin’. Bukan Pemimpin yang sadar betul tentang hakekat Khalifah, bahwa dia mengelola alam semesta seperti yang dikehendaki Pemilik alam semesta ini.

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا

Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.(Q.S.An-Nisaa, ayat 58).

Jangan Jadikan Mereka…

BACA LAINNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *