Ole Terancam Dipecat, Antonio Conte jadi Kandidat Pengganti Terkuat?
MANCHESTER-KEMPALAN: Antonio Conte dirumorkan menjadi salah satu kandidat terkuat untuk menggantikan Ole Gunnar Solskjaer yang terancam dipecat dari jabatannya sebagai pelatih Manchester United.
Posisi pelatih asal Norwegia itu makin terancam usai United tersingkir dari empat besar klasemen Liga usai kalah 4-2 dari Leicester City di hari Sabtu (16/10).
Itu merupakan kegagalan ketiga beruntun Man United meraih kemenangan di Premier League, namun pihak manajemen klub tampaknya tak memiliki rencana untuk menggantikan Ole .
Meski begitu, banyak yang memperkirakan bahwa pemecatan Ole hanya masalah waktu saja dan mantan manajer Chelsea Conte menjadi kandidat terkuat untuk menggantikannya karena pelatih asal Italia saat ini sedang menganggur setelah meninggalkan Inter Milan pada musim panas lalu.
Pria berusia 51 tahun itu sempat dilirik oleh Tottenham untuk menjadi manajer baru, namun menolak karena khawatir dengan tujuan jangka panjang Spurs yang tidak sejalan dengannya karena ia ingin mengelola tim dengan potensi memenangkan trofi.
Conte juga cemas tentang fakta bahwa skuad Spurs membutuhkan operasi besar karena tim sedang memasuki tahap transisi. Masa depan Harry Kane yang tidak pasti juga menjadi kendala bagi mantan pelatih Juventus itu karena dia tidak ingin mewarisi tim yang berpotensi kehilangan pemain terbaik mereka.
Semua hal ini tidak perlu dikhawatirkan Konte jika dia memilih untuk melatih Man United karena Setan Merah susah memiliki skuad mumpuni yang memiliki keseriusan untuk meraih gelar.
Selain itu, Conte juga pernah menyatakan keinginannya untuk kembali mengelola klub di luar Italia. Dia menambahkan: “Saya ingin memiliki lebih banyak pengalaman di luar negeri. Saya pikir saya bukan seseorang yang senang hanya dengan situasi yang nyaman. Saya selalu memilih situasi yang paling sulit.”
“Sebagai pemain, saya memenangkan semua yang mungkin untuk dimenangkan, tetapi saya juga banyak kehilangan.” tambahnya.
“Ketika Anda kalah, itu meninggalkan keinginan dalam diri Anda untuk tidak mengalaminya lagi, sehingga Anda melakukan segalanya untuk menularkan itu kepada pemain Anda ketika Anda menjadi pelatih kepala. Itu semua berasal dari bekas luka Anda yang ingin menghindari mendapatkan lebih banyak luka.” tutup pelatih asal Spanyol itu. (The Mirror, Edwin Fatahuddin)
