Formula E, PON Papua, dan Sirkuit Mandalika

waktu baca 6 menit
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) bersama Ketua MPR Bambang Soesatyo (kiri), Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali (keempat kiri), Gubernur Papua Lukas Enembe (ketiga kiri) dan Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman menghadiri Upacara Pembukaan PON Papua di Stadion Lukas Enembe, Kompleks Olahraga Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, Sabtu, 2 Oktober 2021.(beritasatu)

Indonesia masih ketinggalan dari banyak negara lain dalam penyelenggaraan balapan Formula One. Negara tetangga Singapura sudah terlebih dahulu sukses dengan menggelar seri Grand Prix Formula One sejak 2017, dengan kekhasan balapan pada malam hari. Lintasan sirkuit yang memakai jalan-jalan kota menjadi daya tarik khas GP Singapura.

Malaysia juga sudah jauh meninggalkan Indonesia sebagai tuan rumah balapan internasional. Sirkuit Sepang di Selangor sudah menggelar balapan internasional sejak 1999. Berbagai gelaran Grand Prix internasional secara berkala dihelat di Sepang, mulai dari Formula 1 sampai balapan MotoGP.

Dibanding dua negara tetangga itu Indonesia jauh ketinggalan. Indonesia baru mulai mengejar ketertinggalan dengan membangun sirkuit balap di Mandalika, NTB yang akhir tahun ini akan menjadi tuan rumah balapan MotoGP.

Untuk ajang Formula 1 Indonesia masih belum masuk hitungan, karena belum ada sirkuit yang memenuhi syarat. Karena itu, rencana balapan Formula E bisa menjadi alternatif strategis untuk mengejar ketertinggalan dari negara jiran.

Tapi, sayangnya penyelenggaraan Formula E malah menjadi ajang persaingan politik. Gagasan Anies Baswedan ini tidak dilihat sebagai terobosan profesional di bidang sport industry dan sport tourism. Gagasan ini malah diadang oleh berbagai manuver politik yang tidak ingin melihat perhelatan ini berlangsung di Indonesia.

Dibanding dua negara jiran, perlakuan pemerintah Indonesia terhadap Formula E beda 180 derajat. Singapura menjadikan ajang Formula 1 sebagai proyek nasional yang mendapat support penuh dari Perdana Menteri B.G Lee.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *