Mengenal Kuchikamizake, Minuman Alkohol Asal Jepang yang Dikunyah Gadis Terlebih Dahulu
KEMPALAN: Bagi yang pernah menonton anime movie “Kimi no Na wa”, pasti tidak asing dengan Kuchikamizake ketika Mitsuha sebagai seorang “Miko” atau gadis kuil mengunyah beras dan memasukkannya ke dalam wadah yang akan dibiarkan selama beberapa waktu sehingga menjadi minuman beralkohol.
Secara terminologis, Kuchikamizake berasal dari kata “kuchi” yang berarti mulut, “kami” yang berarti mengunyah, dan “zake” yang merupakan bentuk perubahan dari kata “sake”. Kuchikamizake merupakan minuman beralkohol asal Jepang yang berwarna coklat dan rasanya manis.
Ketika mendengar sake, orang-orang akan berasumsi bahwa sake adalah minuman beralkohol asal Jepang yang terbuat dari beras dengan proses penggilingan, pemasakan, penambahan katalis alkohol, dan proses lainnya. Akan tetapi, berbeda dengan Kuchikamizake yang bisa dibilang tidak lazim di zaman sekarang karena metode produksinya dikunyah lalu ditempatkan di dalam wadah dan dibiarkan beberapa waktu. Menurut penelitian dalam fermentasi 7 tahun, Kuchikamizake mampu mencapai 76% kadar alkohol.
Ternyata, enzim yang ada di dalam mulut manusia, enzim amilase mampu mengubah beras yang dikunyah menjadi zat gula. Ketika bahan di atas dimuntahkan dan dibiarkan apa adanya, ragi liar memfermentasi gula dan menghasilkan alkohol. Terkadang, air ditambahkan untuk meningkatkan fermentasi dari apa yang disimpan. Metode ini dipengaruhi oleh metode produksi minuman keras Cina yang dibuat dengan fermentasi.
Uniknya lagi, biasanya pembuatan kuchikamizake ini merupakan sebuah ritual dari agama Shinto dan yang memproduksi Kuchikamizake adalah para gadis kuil yang cantik yang mengunyah bahan dan menempatkannya di dalam wadah.
Terdapat sedikit alasan tentang harus gadis muda yang mengunyah bahan Kuchikamizake yakni seiring bertambah tuanya manusia, mikroorganisme dalam tubuh berubah dan bau yang kurang sedap bisa menghasilkan kuah beras yang kurang enak.
Menurut beberapa ilmuwan Jepang, fenomena ojishu (bau orang tua atau paruh baya) disebabkan oleh peningkatan konsentrasi senyawa 2-nonenal, yang menghasilkan “bau tubuh apek dan berminyak” dalam manusia.
Asal muasal dari Kuchikamizake ini belum pasti diketahui, hanya saja menurut Japan Wiki Corpus, metode ini digunakan mulai sekitar pada Zaman Jomon (14.000-300 SM) dan pada zaman dahulu masih belum ada Jamur Koji yang lazim digunakan sebagai katalis alkohol sake pada masa sekarang. (Japan Wiki Corpus, Belva Dzaky Aulia)
