Pengakuan Sumiati

waktu baca 2 menit

KEMPALAN: Lima tahun kemudian.

Sekolah tersebut telah berjalan sekitar 3,5 tahun. Ada 15 siswa berkebutuhan khusus (ABK).

Gurunya ada 5 orang.

Tidak mudah mendidik sekolah untuk ABK. Terutama tugas guru, ini sangat berat. Setiap anak memiliki karakteristiknya masing-masing dan harus diajarkan dengan cara yang berbeda.

Ada seorang anak yang bisa melihat makhluk halus. Itu nyata. Itulah kenapa terkadang ada yang berbicara sendiri, menangis karena diganggu oleh makhluk halus itu dan sebagainya.

Rata-rata guru lulusan psikologi juga belajar dari pengalaman hal-hal yang tidak diajarkan di perguruan tinggi.

Semakin lama para guru semakin memahami seluk beluk ABK.

Sebagian besar orang tua sangat terbantu oleh sekolah ini. Karena anak bisa tumbuh menjadi anak normal. Bahkan banyak anak ABK yang memiliki bakat khusus terutama dalam melukis, menghafal kata atau berhitung. Tuhan itu benar-benar adil. Di balik  kekurangan banyak kelebihan. Tetapi untuk menemukan kelebihan, seorang anak harus diajar dengan kesabaran dan ketekunan. Gangsar sudah bisa diajak ngobrol. Dia memiliki bakat melukis yang hebat. Mungkin diturunkan dari ayahnya.

Gangsar bahkan baru saja memiliki seorang adik perempuan. Wajahnya cantik putih seperti ibunya. Ini adalah penghiburan bagi Sindhu dan Sumi. Anak perempuan dinamai Gayatri. Usianya hampir setahun. Anak perempuan itu pintar, ramah senyumnya. Gangsar semakin pandai setelah memiliki seorang adik perempuan, ia mampu mengajak main adiknya hingga ketawa-ketawa. Melihat ini, Sindhu menjadi tenang.

Sindhu merasa puas sekolah ABK ini bisa menjadi kenyataan. Dia mengundurkan diri untuk tidak menjadi kepala desa lagi. Dia pikirkan l tentang sekolah dan tempat wisata. Sekolah sedang berjalan, tempat-tempat wisata semakin ramai. Bank desa juga berjalan dengan baik. Banyak teman kuliah dan sekolah menengah makin ingin berpartisipasi dalam donasi. Semua dasarnyai kemanusiaan. Sindhu memang selalu mengajak teman-temannya untuk menjadi manusia yang saling membantu.

Sumi tetap setia menjaga toko tersebut. Toko tersebut terus berjualan dan menjadi sumber mata pencaharian bagi keluarga Sumi dan Sindhu termasuk Lik Kartiyem.

Sarmo mendengar Sindhu punya program yang bagus selain juga ikut membantu dana. Setiap bulan mengirim uang untuk mendukung sekolah ABK. Sarmo lega memiliki dua cucu perempuan, semanis ibunya.  Hidupnya bahagia dengan adik sepupunya Narni.

Namun, bisnis kontraktor Dipo tak berjalan mulus. Jarang mendapatkan pekerjaan. Kalau ada, itu proyek skala kecil. Tidak banyak untung. Bahkan kekayaannya semakin banyak untuk dijual untuk kebutuhan sehari-hari. * Akhir / Cuthel * (Prof Budi Santosa, PhD adalah Rektor Institut Teknologi Kalimantan, guru besar Teknik Industri ITS Surabaya/bersambung)

 

BACA LAINNYA

Sebuah Pertaruhan

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
1

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Ambane Jangkah

Kempalan News
0

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *