Proteksi Vaksin 65 Persen, 8 Maret 2021 Naik 6.894 Kasus
JAKARTA-KEMPALAN: Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia bertambah 6.894 pada Senin (8/3/2021). Total positif menjadi 1.386.556, sembuh 1.203.381, dan meninggal 37.547 kasus. Spesimen yang diperiksa ada 50.261 dengan jumlah suspek 64.914 orang. Kasus aktif hari ini mencapai 145.628, berkurang 2.112 dari hari kemarin.
Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menegaskan vaksinasi covid-19 sejauh ini hanya memberikan proteksi antibodi sebesar 65 persen. Artinya, warga yang sudah divaksin masih memiliki risiko terpapar virus corona.
Pernyataan itu Nadia sampaikan sekaligus merespons temuan Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah yang dinyatakan terinfeksi covid-19 meski telah rampung menerima suntikan dua dosis vaksin.
“Bisa saja terinfeksi karena antibodi optimal terbentuk setelah 28 hari. Kemudian proteksi vaksin adalah 65 persen, bukan 100 persen, jadi selama protokol kesehatan tidak dijalankan, maka risiko tertular masih ada,” kata Nadia.
Namun demikian, Nadia mengatakan, apabila warga yang sudah divaksinasi terpapar covid-19, maka mereka hampir tidak mungkin mengalami gejala covid-19 yang berat melainkan hanya gejala ringan hingga tanpa gejala atau OTG.
“Vaksin memberikan perlindungan terhadap sakit berat, artinya walau sakit maka gejala yang timbul adalah gejala yang ringan atau sedang, bukan gejala berat,” jelasnya.
Jadi Endemik
Beberapa waktu lalu, para pakar meyakini COVID-19 kemungkinan besar akan menjadi penyakit endemik. Ada 90 persen dari 100 ahli imunologi dan virologi setuju Corona akan menjadi endemik.
“Saya pikir itu akan menjadi ‘budaya’ baru bagi dokter menanyakan apakah seseorang terinfeksi bakteri atau terkena virus? Jika seseorang terkena virus, apakah itu flu biasa, atau virus Corona?” ujar profesor dari La Jolla Institute for Immunology, Erica Ollman Saphire, dikutip dari CNBC.
Senada, pakar epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman sudah memprediksi COVID-19 menjadi endemik sejak Mei lalu. Melihat perkembangan COVID-19 dan kecepatan mutasi Corona saat ini, Dicky semakin yakin COVID-19 akan menjadi endemik.
“Nah saat ini kecenderungannya (menjadi endemik) semakin kuat apalagi dengan munculnya strain baru ini apa mutasinya begitu cepat banyak strain belum lagi ada potensi perburukan situasi,” kata Dicky.
Terlebih, menurutnya, ada empat virus Corona yang sudah menjadi endemik seperti 229E, NL63, OC43 dan HKU1. Jenis-jenis virus ini bisa memicu demam biasa hingga batuk pilek kategori ringan, sedang hingga berat.
“Terkait COVID-19 yang virusnya juga merupakan anggota keluarga coronavirus, tentu saja punya potensi seperti ke-4 coronavirus tersebut,” katanya.
Menurutnya, sangat mungkin. Pasalnya, inti dari indikator suatu penyakit akan menjadi endemik adalah angka reproduksi. Saat suatu wilayah atau negara sulit mencapai angka tersebut di bawah satu, kemungkinan besar penyakit termasuk COVID-19 akan menjadi endemik.
“Dia tidak pernah atau sulit mencapai di bawah 1 walaupun itu bisa terjadi di beberapa wilayah di bawah 1 ya bahkan seperti di Australia,” kata dia.
Ia menambahkan, kecenderungan COVID-19 akan menjadi endemik di wilayah tersebut bahkan lebih besar ketika sistem kesehatan masih buruk dan strategi penanganan COVID-19 belum maksimal, seperti halnya dalam tracing dan testing.
“Tapi di negara-negara yang sistem kesehatannya masih buruk, strategi testing tracingnya juga masih buruk termasuk Indonesia ya cenderung sangat besar menjadi endemik,” lanjut Dicky. (et/cn/nn/ist)
